Rudolf Si Pembunuh Wanita di Tol Becakayu: Pernah Jadi Pendeta; Prank Jadi Trik

23 Oktober 2022 5:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rekaman CCTV pelaku pembunuhan wanita bertato yang ditemukan di Tol Becakayu. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rekaman CCTV pelaku pembunuhan wanita bertato yang ditemukan di Tol Becakayu. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Penemuan sesosok mayat menggegerkan warga Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (17/10) malam. Mayat tersebut ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik di bawah jalan Tol Becakayu. Belakangan, terungkap wanita tersebut korban pembunuhan.
ADVERTISEMENT
Pelaku pun kini sudah ditangkap. Dia adalah Christian Rudolf Tobing (36), yang tak lain merupakan teman dari korban. Adapun korban yakni Ade Yunia Rizabani (36).
Rudolf membunuh Ade dengan cara menganiaya lalu mencekiknya. Dia membunuh korban karena sakit hati saat bertemu di apartemen Ade malah menelepon pria lain yang tidak disukai Rudolf.
Cek-cok pun tak terhindarkan hingga akhirnya Rudolf menghabisi nyawa Ade.
Sejumlah fakta terungkap usai Rudolf ditangkap dan dijerat sebagai tersangka pembunuhan. Termasuk sisi lain dari Rudolf yang masih bisa tersenyum usai melakukan pembunuhan. Apa saja?
Pernah Jadi Pendeta Muda
Rudolf ternyata ternyata pernah jadi pendeta muda. Pengakuan itu dilontarkan oleh Rudolf saat diperiksa polisi. Rudolf mengaku pernah menjadi pendeta muda di salah satu gereja di Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, polisi masih mendalami apa yang disampaikan Rudolf.
"Pengakuan tersangka pernah menjadi pelayan di gereja ini masih di dalami lagi," ujar Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Indrawienny Panjiyoga, kepada wartawan, Jumat (21/10).
Belakangan, pimpinan gereja GBP Kasih Allah Ministry (KAM), Charles Freddy, membenarkan bahwa Rudolf memang pendeta muda di gereja tersebut. Namun sudah tidak aktif beberapa bulan.
"Iya, dia jadi di gereja itu ada tingkatan yang namanya pendeta pembantu, pendeta muda, baru pendeta penuh, kayak sekolah ada tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga seperti itu, dia itu pendeta muda," kata Charles saat dikonfirmasi, Sabtu (22/10).
Charles mengungkapkan, Rudolf sudah tidak aktif sejak tiga bulan lalu, dan tidak tidak pernah lagi datang ke gereja. Ia menegaskan, apa pun aktivitas Rudolf di luar bukan tanggung jawab gereja.
ADVERTISEMENT
"Sudah tiga bulan sudah tidak beraktivitas di gereja ini. Jadi kegiatan di luar bukan tanggung jawab gereja, tidak ada kaitannya dengan gereja, itu perbuatan individu," ucapnya.
Ilustrasi penusukan atau pembunuhan. Foto: DedMityay/Shutterstock
Konten Prank Jadi Trik Rudolf Sebelum Habisi Nyawa Korban
Terungkap Rudolf memakai siasat licik untuk mengelabui korban sebelum dibunuh. Ia membohongi korban dengan mengajaknya melakukan siaran podcast bersama di sebuah apartemen di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Tak hanya mengajak, Rudolf juga mengiming-imingi korban dengan beberapa janji manis. Tanpa rasa curiga, ajakan itu diiyakan korban dan mereka membuat janji temu pada Senin (17/10) di Apartemen Grand Pramuka, Jakarta Pusat. Tempat di mana tragedi pembunuhan terjadi.
"Pada saat perjalanan (ke apartemen) pelaku menskenariokan bahwa podcast mereka akan begini-begini. Di situ pelaku mulai melancarkan skenario bahwa akan ada sponsor dari kalung kesehatan, korban pun setuju," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan, Sabtu (22/10).
ADVERTISEMENT
Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Indrawienny Panjiyoga menambahkan, saat mereka tiba di kamar apartemen, Rudolf kembali melakukan siasatnya.
Pria berkepala plontos itu meminta korban berpura-pura menjadi korban penculikan dan meminta tangan korban untuk diikat. Rudolf berdalih, aksi ini untuk materi promosi podcast mereka.
Korban yang tidak menaruh curiga kepada Rudolf mengikuti kemauan dari tersangka. Nahas, momen itu yang justru menjadi awal mula petaka kepadanya terjadi. Begitu korban sudah terikat, pelaku langsung berbicara dengan korban sebenarnya pelaku membohongi korban.
Rudolf lantas mencecar korban dengan pertanyaan-pertanyaan mengapa korban berteman dengan H, sosok yang sebenarnya menjadi target utama pembunuhan Rudolf.
Tak puas dengan jawaban korban, Rudolf lantas mulai melakukan kekerasan terhadap korban. Ia mulai menampar korban berulang kali. Hingga akhirnya berujung pembunuhan.
Ilustrasi internet nirkabel. Foto: Shutter Stock
Belajar Cara Membunuh Tanpa Suara Lewat Internet
ADVERTISEMENT
Rudolf ternyata mempelajari cara membunuh melalui internet. Hal tersebut terungkap setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadapnya.
AKBP Indrawienny Panjiyoga mengatakan, tersangka Rudolf sempat mencari informasi perihal membunuh orang tanpa bersuara di internet. Rudolf disebut mempelajari hal itu selama tiga hari.
"Pelaku men-searching lagi bagaiman cara membunuh orang supaya tidak bersuara. Itu dipelajari selama tiga hari," kata Panjiyoga kepada wartawan, Sabtu (22/10).
Panjiyoga mengungkap, cara itu sebenarnya upaya terakhir Rudolf dalam menghabisi nyawa korbannya. Pasalnya, Rudolf sempat berencana untuk menyewa pembunuh bayaran.
Namun, lantaran jasa pembunuh bayaran mahal dan Rudolf tak punya cukup uang untuk menyewanya, ia akhirnya memilih beraksi sendiri. Rudolf menghabisi korbannya dengan cara yang ia pelajari dari internet.
Rekaman CCTV pelaku pembunuhan wanita bertato yang ditemukan di Tol Becakayu. Foto: Dok. Istimewa
Korban Pembunuhan Bukan Sasaran Utama Rudolf
ADVERTISEMENT
Icha ternyata ternyata bukan target utama pembunuhan Rudolf. Ternyata awalnya dia mengincar kedua teman Icha berinisial H dan S sebagai target untuk dibunuh. Hubungan antara Icha, Rudolf, H dan S merupakan teman satu komunitas. Tak dijelaskan komunitas apa tempat pelaku, korban, dan teman-temannya berkumpul.
"Ada calon target yang atas nama H ini merupakan dulunya kawan pelaku. Tapi ada berselisih paham sehingga bermusuhan dengan pelaku," kata Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi.
Hengki tidak menyebut persis perselisihan apa yang terjadi di antara keduanya hingga Rudolf benar-benar dendam dan ingin menghabisi nyawa H. Namun, polisi mengungkap kebencian Rudolf semakin menjadi-jadi usai melihat kedekatan Icha dan target H.
"Pelaku melihat media sosial dan melihat foto-foto di media sosial bahwa calon korban atas nama H, I, dan S masih bersama saat merayakan Natal ataupun kegiatan-kegiatan lain secara bersama. Pelaku merasa lebih sakit hati lagi dan berniat untuk menghabisi ketiganya," ungkap Hengki.
ADVERTISEMENT