Rumah Anyo, ‘Surga’ Bagi Anak-anak Penyandang Kanker

29 November 2018 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak penyandang kanker di Yayasan Anyo Indonesia meniup lilin di kue. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak penyandang kanker di Yayasan Anyo Indonesia meniup lilin di kue. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
This is Princess Jasmine.”
No, this is me,” celetuk seorang anak bernama Celine.
ADVERTISEMENT
Mendengar ucapan Celine itu semua orang tertawa. Mereka kagum dengan keceriaan Celine yang sebenarnya tengah berjuang melawan kanker darah atau leukimia. Tak hanya Celine seorang, di rumah yang dinamai Rumah Anyo itu, saat ini tinggal 7 anak lainnya yang juga berjuang melawan kanker.
Sore itu, Rabu (28/11) kumparan berkesempatan mengunjungi rumah yang laksana surga bagi anak-anak ini. Mereka berlarian ke sana ke mari, bermain, dan seolah-olah tak tampak tengah sakit yang begitu berat. Ada yang dari Jakarta, Purwakarta, Pontianak, Bengkulu, bahkan dulu ada yang dari Papua.
Rumah Anyo yang terletak di Jalan Nelly Anggrek, Kemanggisan, Jakarta Barat itu menyimpan sejuta cerita. Rumah berwarna putih itu dibangun oleh sebuah keluarga yang kehilangan anaknya akibat penyakit kanker. Anak tersebut bernama Andrew Maruli David Manullang atau yang akrab disapa Anyo.
ADVERTISEMENT
Kegigihan Anyo semasa berobat membuat orang tuanya ingin melanjutkan mimpi anak laki-laki semata wayang mereka. Anyo ingin saat dia telah tiada, orang tuanya bisa membuat sebuah rumah untuk para penyandang kanker.
“(Lewat) Yayasan Anyo Indonesia kami ingin meneruskan semangat Anyo ketika masih berobat. Ini coba share kepada pasien-pasien, kepada orang tuanya. Kita ingin mengajak siapa saja untuk peduli,” ujar ibunda Anyo, Pinta Manullang Panggabean, saat berbincang dengan kumparan di Rumah Anyo, Rabu (28/11).
Pendiri Rumah Anyo, Pinta Manullang Panggabean (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri Rumah Anyo, Pinta Manullang Panggabean (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Pinta sendiri tak habis pikir dengan semangat juang mendiang anaknya. Di tengah gerusan rasa sakit, Anyo sempat memikirkan nasib penderita kanker lainnya.
“Iya Anyo itu anaknya agak unik ya, ketika masih sakit dia masih peduli dengan anak-anak lain yang mungkin dia merasa beruntung bisa berobat ke negara yang maju (Belanda). Bagaimana anak-anak yang lain? Semoga lewat yayasan ini visi misi itu bisa tercapai,” Pinta menambahkan.
ADVERTISEMENT
Rumah Anyo yang juga disebut Yayasan Anyo Indonesia saat itu mulai didirikan pada tahun 2012, empat tahun setelah Anyo meninggal dunia. Rumah ini berada di lokasi yang dekat dengan Rumah Sakit Dharmais (khusus penderita kanker) sehingga para penyandang kanker tak perlu bingung soal transportasi.
Biaya untuk tinggal di Rumah Anyo terbilang sangat terjangkau. Satu keluarga hanya perlu mengeluarkan biaya Rp 5.000 per hari. Bahkan, bila tidak mampu, biaya singgah akan dibebaskan alias gratis. Biaya makan dan biaya kebutuhan sehari-hari juga dicukupi oleh Rumah Anyo.
“Kita menyasar keluarga yang non sejahtera. Mereka saling jaga. Kekeluargaannya kental sekali. Kita harapkan mereka cepat pulih dengan di sini,” kata Pinta.
Keceriaan anak-anak penyandang kanker di Rumah Anyo (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keceriaan anak-anak penyandang kanker di Rumah Anyo (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Biaya pengobatan kanker yang tidak kecil membuat Rumah Anyo juga membantu pelunasan utang bagi mereka yang tidak mampu. Salah satu orang tua pasien, Yayan, mengaku sempat tak sanggup membayar obat anaknya yang mencapai jutaan. Yayan yang tidak bekerja sempat pusing bagaimana caranya bisa mendapatkan uang. Dia pinjam ke sana ke mari tapi tak ada yang mau meminjami.
ADVERTISEMENT
Yayan kemudian memberitahu masalahnya kepada Yayasan Anyo. Dengan bantuan yayasan akhirnya dia berhasil didapatkan obat-oabatan.
“Biaya besar sekali, meski ada BPJS. Misalnya ada hal-hal yang harus dilimitasi, kita mencoba hadir supaya tujuan kita tercapai. Kita ingin menyelamatkan anak-anak dari kanker. Jadi kendala enggak ada obat atau enggak di-cover kita enggak bisa menutup mata,” terang Pinta.
Kini, Rumah Anyo sudah 6 tahun lebih berdiri. Tercatat kurang lebih 270 pasien pernah singgah di rumah ini. Di antara mereka ada yang berhasil menjadi survivor (selamat) dan ada pula yang berpulang.
Keceriaan anak-anak penyandang kanker di Rumah Anyo (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keceriaan anak-anak penyandang kanker di Rumah Anyo (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)