Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rusia Punya 6.255 Senjata Nuklir, Mungkinkah Perang Nuklir Terjadi?
1 Maret 2022 19:56 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Langkah Putin tersebut tampaknya merupakan upaya untuk menghalangi bantuan barat serta NATO untuk Ukraina . Putin berharap barat dan NATO berpikir ulang untuk membantu Ukraina dengan adanya ancaman nuklir tersebut.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, serta sejumlah pejabat lainnya tenang dalam merespons hal tersebut.
Ketika ditanya apakah warga AS perlu merasa khawatir soal kemungkinan adanya perang nuklir, Biden dengan tenang merespons: "Tidak [perlu]."
Dikutip dari AFP, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengaku Washington tidak melihat adanya alasan untuk mengubah level peringatan pasukan nuklir mereka.
Di samping itu, seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan juga mengatakan, Pentagon tidak melihat adanya pergeseran yang teraba oleh Rusia di bawah pengumuman Putin.
"Pentagon terus meninjau, menganalisis, dan memantau postur Rusia," kata juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby.
ADVERTISEMENT
Berubahnya sikap Rusia terkait nuklir merupakan upaya Moskow untuk memberi peringatan. Perubahan status menjadi siaga memudahkan Rusia untuk meluncurkan nuklir lebih cepat. Tapi, bukan berarti mereka bakal langsung meluncurkan nuklir.
Terkait permasalahan ini, kumparan menghubungi dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (UNPAD ) Rizki Ananda Ramadhan.
Soal kebijakan Putin yang menyiagakan senjata nuklir, Rizki menilai negara-negara pemilik senjata nuklir lainnya tentu juga ikut menyiagakan.
"Pastinya sudah disiagakan [senjata nuklir]. Namun tentunya satu per satu akan diistirahatkan kembali bila eskalasinya mulai menurun atau sudah ada proses diplomasi serta negosiasi yang sudah berjalan," ungkap Rizki saat dihubungi Selasa (1/3) via pesan singkat.
Tak bisa dipungkiri, Rusia memiliki cadangan nuklir terbesar di dunia. Tapi, NATO juga memiliki senjata nuklir yang cukup untuk menghancurkan Rusia.
Dikutip dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), sembilan negara yang memiliki senjata nuklir: Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, China, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Total seluruh senjata nuklir di dunia mencapai 13.080 pada awal 2021. Angka tersebut turun dari 13.400 sesuai dengan estimasi SIPRI pada awal 2020.
Terlepas dari penurunan tersebut, perkiraan jumlah senjata nuklir yang dikerahkan dengan pasukan operasional meningkat, dari 3.720 pada 2020 menjadi 3.825 pada 2021. Sekitar 2.000 di antaranya (hampir semuanya milik AS dan Rusia) standby dalam status siaga operasional tinggi.
Rusia juga menambah persediaan nuklir militernya sebanyak 180 hulu ledak secara keseluruhan pada 2021. Ini meningkat karena banyaknya penyebaran penempatan hulu ledak berbasis darat di antar benua (ICBM) dan yang diluncurkan dari laut (SLBM).
Rizki juga menganalisa terkait kebijakan-kebijakan yang diambil Putin. Dirinya mengatakan Putin masih cukup rasional untuk tidak sampai menggunakan nuklir.
ADVERTISEMENT
"Saya lihat Putin masih bisa menahan diri untuk menggunakan nuklir. Walau dia sangat nasionalis, saya melihat dia orang yang sangat terukur dalam memutuskan sesuatu,"
"Bukan hanya terukur, Putin juga sepertinya sudah membuat step by step action dan semuanya akan dilakukan secara berurutan mengikuti dinamika yang dihadapi Putin," sebutnya.
AS dan Rusia memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir global. Keduanya memiliki program yang ekstensif serta mahal untuk modernisasi hulu ledak nuklir, sistem pengiriman rudal dan pesawat, juga fasilitas produksi mereka.
Tujuh negara lainnya juga sedang mengembangkan sistem senjata baru. Seperti Inggris contohnya. Dilansir dari Arms Control Association, di awal 2021 Inggris mengumumkan untuk menambah hulu ledak senjata nuklir, yang awalnya 180 menjadi 260 hulu ledak.
China juga dalam proses modernisasi dan perluasan stok senjata nuklirnya secara signifikan. India dan Pakistan juga disebut turut memperluas persenjataan nuklir mereka.
ADVERTISEMENT
Begitu pun juga Korea Utara, mereka terus meningkatkan program nuklir militernya sebagai elemen sentral dari strategi keamanan nasionalnya. Mereka disebut terus melanjutkan produksi bahan serta pengembangan rudal balistik jarak pendek dan jarak jauh.
Ketika ditanya terkait kemungkinan terjadinya perang nuklir, Rizki sebut hal itu berpotensi terjadi, tapi sangat kecil kemungkinannya.
"Kemungkinannya bagi saya sangat kecil. Karena dunia sudah melihat dampak nuklir sebagai persenjataan dan tidak ingin hal tersebut terulang,"
"Tentu langkah-langkah diplomasi, negosiasi, sanksi-sanksi, dan embargo akan dilakukan (agar perang nuklir tidak terjadi). Sekarang saja tekanan dan sanksi sudah banyak bermunculan dari masyarakat internasional," tutupnya.