Rusia Siapkan Anggaran Besar untuk Biayai 4 Wilayah Ukraina yang Dicaplok

3 Oktober 2022 19:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anggota layanan Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diriberjaga di pintu tempat pemungutan suara menjelang referendum yang direncanakan tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk ke Rusia, di Donetsk, Ukraina. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anggota layanan Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diriberjaga di pintu tempat pemungutan suara menjelang referendum yang direncanakan tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk ke Rusia, di Donetsk, Ukraina. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kremlin telah menyiapkan dana untuk menyokong empat wilayah Ukraina yang dicaplok oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam upacara penandatanganan aneksasi pada Jumat (30/9).
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan Rusia berencana mendapatkan RUB 27,7 triliun (Rp 7,3 kuadriliun) dan membelanjakan RUB 29 triliun (7,6 kuadriliun). Sehingga, pihaknya mendapati defisit RUB 1,3 triliun (Rp 343 triliun) atau 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Defisit anggaran akan mencapai 2 persen dari PDB pada 2023 sebelum menyempit menjadi 0,7 persen PDB pada 2025. Menurut rancangan pekan lalu, Rusia mengklasifikasikan tujuan pengeluaran RUB 6,6 triliun (1,7 kuadriliun) atau seperempat pengeluarannya pada 2023.
Moskow mengaku akan memusatkan perhatiannya terhadap bergabungnya empat wilayah baru. Anggaran tersebut akan disalurkan untuk memulihkan daerah yang telah terdampak perang.
"Prioritas untuk tiga tahun ke depan adalah integrasi penuh daerah-daerah baru," terang Menkeu Rusia, Anton Siluanov, kepada Parlemen Rusia, dikutip dari Reuters, Senin (3/10).
ADVERTISEMENT
"Anggaran federal memiliki sumber daya yang diperlukan untuk ini, baik untuk penyediaan standar sosial saat ini, serta dana untuk pemulihan ekonomi wilayah baru Federasi Rusia," tambah dia.
Penduduk setempat memberikan suaranya ke dalam kotak suara pada hari ketiga referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk ke Rusia, di Mariupol, Ukraina, Minggu (25/9/2022). Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
Putin menempuh eskalasi paling signifikan sejak perang meletus pada 24 Februari. Dia menyerukan agar Ukraina menerima aneksasi dan melakukan negosiasi dengan Rusia. Namun, Ukraina menolak untuk kembali ke meja perundingan setelah aneksasi diresmikan Putin.
Putin memproklamirkan Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia sebagai bagian dari Rusia pada Jumat (30/9). Donetsk dan Luhansk sudah mendeklarasikan kemerdekaan sejak 2014.
Putin mengakui keduanya sebagai republik berdaulat sebelum melancarkan agresi. Dia menandatangani dua dekrit yang mengakui Kherson dan Zaporizhzhia sebagai wilayah independen pula pada Kamis (29/9). Keseluruhan wilayah itu mencakup 15 persen Ukraina.
ADVERTISEMENT
Rusia menegaskan bahwa referendum aneksasi itu bersifat sukarela, mematuhi hukum internasional, dan partisipasi pemilihnya tinggi. Tetapi, Barat dan Ukraina menyebutnya bersifat memaksa, serta melanggar hukum internasional dan piagam PBB.
Putin juga telah mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melindungi wilayah barunya. Padahal, keempat wilayah tersebut belum sepenuhnya dikendalikan oleh pasukan Rusia.
Hingga kini, Putin belum merinci apakah pihaknya mengeklaim seluruh wilayah atau hanya bagian yang telah direbut pasukan Rusia.
"Kami akan terus berkonsultasi dengan orang-orang yang tinggal di wilayah-wilayah ini," jelas juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dikutip dari The Guardian.