Rusia Tawarkan Vietnam Bangun Nuklir

24 Juni 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Vietnam To Lam (kanan) bersalaman di Istana Kepresidenan di Hanoi, Vietnam, Kamis (20/6/2024). Foto: Nhac Nguyen/POOL/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Vietnam To Lam (kanan) bersalaman di Istana Kepresidenan di Hanoi, Vietnam, Kamis (20/6/2024). Foto: Nhac Nguyen/POOL/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rusia akan membantu pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir di Vietnam. Janji itu merupakan hasil lawatan Presiden Vladimir Putin ke Hanoi pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Pernyataan perihal bantuan disampaikan kepada BUMN nuklir Rusia, Alexei Likhachev pada Senin (24/6). Dia menyebut tawaran itu sudah disampaikan kepada PM Vietnam Pham Minh Chinh disela lawatan Putin.
"Kami menawarkan kemungkinan opsi untuk kerja sama, lewat pembicaraan dengan PM Vietnam," ucap Likhachev seperti dikutip dari AFP.
"Rosatom menawarkan kemitraan internasional tak hanya pembangkit listrik tenaga nuklir berdaya tinggi, tetapi tenaga nuklir berdaya rendah, baik versi darat atau pun terapung," sambung dia.
Sampai sekarang Vietnam tak punya pembangkit listrik tenaga nuklir.
Mereka sempat berencana membangunnya tapi dibatalkan pada 2016. Pembatalan lantaran bencana Fukushima di Jepang dan masalah dana.
Likachev menambahkan, Rusia sebenarnya sudah menawarkan kerja sama pembangkit listrik tenaga nuklir sebelum pembatalan 2016. Rusia bahkan siap memberikan Vietnam reaktor canggih.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam lawatan ke Vietnam Putin meneken berbagai perjanjian termasuk energi. Lawatan Putin ke Vietnam disorot tajam Amerika Serikat.
Dalam beberapa tahun terakhir kemitraan Vietnam dengan AS, rival utama Rusia, makin erat. Bahkan level hubungan diplomatik kedua negara telah ditingkatkan.
"Tidak ada negara yang boleh memberikan Putin platform untuk mempromosikan agresi perangnya," kata Kedutaan Besar AS di Hanoi.