Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut muncul dari perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, yang berbasis di Saint Petersburg. Pihaknya meyakini, Ukraina menghalangi pengiriman 52,52 juta meter kubik ke Moldova.
"Volume gas yang dipasok oleh Gazprom untuk transit ke Moldova melalui Ukraina lebih banyak daripada volume fisik yang ditransmisikan di perbatasan Ukraina dengan Moldova," terang Gazprom, dikutip dari AFP, Rabu (23/11).
Tudingan ini menjadi titik ketegangan baru seputar pengiriman energi antara Ukraina, Rusia, dan Eropa.
Rusia telah mengurangi pasokan gas ke Eropa sebagai tanggapan atas sanksi Barat terkait invasinya ke Ukraina. Kini, pihaknya mengancam akan membatasi pengiriman melalui pipa utama ke Eropa.
"Bila ketidakseimbangan transit melalui Ukraina untuk konsumen Moldova berlanjut, pada 28 November, mulai pukul 10:00, Gazprom akan mulai mengurangi pasokan gas," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ukraina telah membantah tuduhan Gazprom.
Kiev mengaku telah mentransfer semua volume gas secara penuh kepada konsumen di Moldova. Pihaknya lalu menuding Rusia menggunakan gas sebagai alat untuk memberikan tekanan politik.
"Dengan mengancam akan mengurangi volume transportasi gas ke Moldova, Gazprom mencoba menghilangkan kesempatan negara ini untuk menggunakan sistem transmisi gas (GTS) Ukraina," jelas pejabat operator GTS Ukraina, Olga Bielkova.
"Rusia memanipulasi fakta untuk menjustifikasi pembatasan lebih lanjut volume pasokan gas ke negara-negara Eropa," tambah dia.
Ancaman untuk membatasi pengiriman gas datang pada saat yang genting di Eropa. Benua itu tengah berusaha mengamankan pasokan energi. Pasalnya, Eropa harus bergegas mengisi tempat penyimpanan gas mereka menjelang musim dingin.
Sementara itu, Ukraina juga menderita krisis energi akut akibat serangan Rusia terhadap fasilitas jaringan energinya selama berminggu-minggu. Rentetan serangan ini turut menyebabkan pemadaman listrik di negara tetangganya, Moldova.
ADVERTISEMENT