Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rusuh Anti-Muslim di Inggris, Eks PM Skotlandia Khawatir Keluarganya Tak Aman
7 Agustus 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mantan Perdana Menteri Skotlandia, Humza Yousaf, mengatakan kasus rasisme dan Islamofobia beberapa hari terakhir di Inggris membuatnya mempertanyakan keamanan bagi keluarganya untuk tetap tinggal di sana. Hal itu disampaikan Yousaf dalam podcast Newsagents pada Selasa (6/8) malam.
ADVERTISEMENT
"Saya orang Skotlandia yang sama seperti anda, tetapi kenyataannya adalah, saya tidak tahu apakah masa depan saya dan istri serta ketiga anak saya akan terus berada di sini di Skotlandia, atau Inggris, atau bahkan di Eropa dan Barat, karena saya sudah lama benar-benar khawatir tentang munculnya Islamofobia," ungkapnya seperti dikutip dari Guardian.
Yousaf mengakui bahwa Skotlandia memiliki lebih banyak kisah imigran positif daripada di Inggris, mengingat perjuangan negara itu dengan depopulasi.
"Namun, jangan biarkan pemirsa atau pendengar berpikir bahwa saya mengatakan Skotlandia kebal terhadap rasisme atau Islamofobia, itu sama sekali tidak benar," tambahnya.
"Saya telah menerima banyak ancaman pembunuhan dari Skotlandia, dan banyak orang di Skotlandia, saya khawatir, telah didakwa karena pelecehan yang mereka lakukan terhadap saya, karena ras saya, atau karena agama saya," ungkap Yousaf.
ADVERTISEMENT
Yousaf merupakan pemimpin Muslim pertama Skotlandia. Ia terpilih sebagai PM pada 2023 lalu. Di masa jabatannya itu Yousaf sempat menyoroti soal Islamofobia institusional saat berbicara di Westminster.
Kerusuhan anti-imigran di Inggris sepekan ini menimbulkan ketegangan bagi warga yang berada di dalamnya, tak terkecuali Warga Negara Indonesia (WNI). Beberapa mengaku enggan keluar rumah dan memilih untuk menghindari masjid sampai situasi lebih kondusif.
“Ada (yang takut ke masjid), banyak yang memilih tinggal di rumah dulu,” ungkap seorang pelajar S2 asal Indonesia yang tinggal di London, Alsa, kepada kumparan, Selasa (6/8).
Sebelumnya, media The National melaporkan warga Muslim di Inggris mulai ketakutan untuk beribadah di masjid. Terdapat pula laporan warga Muslim yang memakai jilbab atau cadar menerima ancaman akan dibunuh sampai diperkosa.
ADVERTISEMENT