news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rusuh Pecah di Sudan Selatan Jelang Lawatan Paus Fransiskus, 27 Orang Tewas

3 Februari 2023 14:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus dalam upacara penyambutan di "Palais de la Nation" di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, Selasa (31/1/2023). Foto: Gregorio Borgia/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus dalam upacara penyambutan di "Palais de la Nation" di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, Selasa (31/1/2023). Foto: Gregorio Borgia/AP Photo
ADVERTISEMENT
Kerusuhan pecah jelang kedatangan pemimpin Vatikan Paus Fransiskus ke Sudan Selatan. Sebanyak 27 orang dilaporkan tewas pada kericuhan di Negara Bagian Central Equtoria.
ADVERTISEMENT
Kerusuhan pada malam Kamis (2/2) melibatkan kelompok gembala melawan milisi lokal.
Paus dan rombongannya sudah berada dalam perjalanan menuju Sudan Selatan dari Republik Demokratik Kongo. Di Sudan Selatan, Paus akan mendorong kembali proses damai di negara yang baru lahir pada awal 2010-an itu.
Konflik yang sudah berlangsung satu dekade melibatkan pertikaian etnis. Ratusan ribu nyawa melayang dalam kekerasan tanpa henti di negara kaya sumber daya alam tersebut.
Kekerasan terbaru jelang kunjungan Paus dimulai saat milisi pemberontak membantai enam orang anggota kelompok gembala. Serangan itu lalu dibalas dengan pembantaian 21 warga sipil di wilayah pemberontak. Puluhan korban jiwa termasuk anak-anak dan ibu hamil.
Kerusuhan berdarah di Sudan Selatan pecah usai perang saudara berlangsung dari 2013 sampai 2018. Pada 2018 perjanjian damai disepakati kelompok utama yang bertikai.
ADVERTISEMENT
Perjanjian damai berhasil mengurangi kekerasan secara signifikan. Akan tetapi aksi kekerasan dalam skala kecil rutin terjadi di Sudan Selatan.
Uskup Agung Canterbury yang menemani Paus dalam lawatan di Sudan Selatan berharap dengan kehadiran pemimpin Katolik dunia itu maka kekerasan bisa benar-benar hilang di negara Afrika itu.
"(Kekerasan) ini adalah kisah yang terlalu sering kita dengar di Sudan Selatan," kata Uskup Canterbury seperti dikutip dari Reuters.
"Sekali lagi saya memohon jalan berbeda agar Sudan Selatan kembali bersatu untuk perdamaian," sambung dia.