Saat Anies Baca Buku tentang Pejuang: Politisi Intelek, Biasa Debat-Kritik

16 Agustus 2021 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membaca buku pemikiran para perintis kemerdekaan yg ada di perpustakan rumah usai mendengarkan pidato Presiden di Sidang Tahunan MPR. Foto: Instagram/@aniesbaswedan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membaca buku pemikiran para perintis kemerdekaan yg ada di perpustakan rumah usai mendengarkan pidato Presiden di Sidang Tahunan MPR. Foto: Instagram/@aniesbaswedan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengikuti jalannya sidang tahunan MPR/DPR/DPD dan pidato Presiden Jokowi tentang pengantar RUU APBN 2022 secara virtual, Senin (16/8).
ADVERTISEMENT
Di sela istirahat dua pidato, Anies menyempatkan diri untuk membaca buku yang ada di perpustakaan rumahnya di Lebakbulus, Jaksel.
Dirinya bercerita bagaimana para pejuang kemerdekaan dahulu yang bekerja untuk negara dengan memiliki pemikiran dan gagasan yang mencerminkan keluasan pandangan.
“Para Perintis Kemerdekaan kita adalah intelektual pejuang. Mereka bekerja dengan memiliki pemikiran yang matang. Semua punya gagasan. Artikulasi dalam lisan dan tulisan mencerminkan bobot keterbukaan dan keluasan pandangan,” tulis Anies di Instagramnya, Senin (16/8).
Salah satu buku yang dibaca Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, saat menyusuri kembali deretan buku-buku pemikiran para perintis kemerdekaan yg ada di perpustakan rumah usai mendengarkan pidato Presiden di Sidang Tahunan MPR. Foto: Instagram/@aniesbaswedan
Anies menjelaskan tentang latar belakang para pejuang yang dari keluarga papan atas untuk memutuskan mendirikan sebuah republik yang saat ini bernama Indonesia.
ADVERTISEMENT
Anies juga menyempatkan membaca buku karya dari Jenderal Besar AH Nasution yang berkisah tentang perjuangan fisik sesudah proklamasi.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membaca buku pemikiran para perintis kemerdekaan yg ada di perpustakan rumah usai mendengarkan pidato Presiden di Sidang Tahunan MPR. Foto: Instagram/@aniesbaswedan
Menurutnya, memperebutkan kemerdekaan adalah tentang perjuangan intelektual dan politik yang setelah itu terjadinya peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
“Merebut kemerdekaan adalah perjuangan intelektual, perjuangan politik. Sesudah merdeka, barulah mulai ada peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan,” jelasnya.
Anies Baswedan melihat lukisan Bung Karno-Bung Hatta. Foto: Instagram/@aniesbaswedan
Terlihat Anies sedang melihat lukisan Bung Karno dan Bung Hatta yang menjadi bapak proklamator kemerdekaan Indonesia. Anies mengungkapkan, di balik itu semua ada ribuan orang yang berjuang untuk kemerdekaan.
“Tapi di balik mereka berdua ada ratusan, bahkan ribuan, orang perintis kemerdekaan yang berjuang lintas waktu hingga kita bisa merdeka,” tuturnya.
Selain itu, Anies mengatakan mulai dari peristiwa Kebangkitan Nasional 1908 ke Sumpah Pemuda 1928 hingga kemerdekaan tahun 1945 adalah waktu yang amat panjang bagi para pejuang.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyusuri kembali deretan buku-buku pemikiran para perintis kemerdekaan yg ada di perpustakan rumah usai mendengarkan pidato Presiden di Sidang Tahunan MPR. Foto: Instagram/@aniesbaswedan
“Bagi kita sekarang, rentang waktu perjuangan 20 tahun atau 17 tahun bisa diceritakan dalam waktu 10 menit saja. Tapi ingatlah, bagi yang berjuang; masa 17 tahun itu amatlah panjang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Anies berpesan bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang mengusir penjajah kolonialisme, tetapi tentang keadilan dan kesejahteraan.
“Mari kita terus ingat dan camkan bahwa kemerdekaan itu bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme, kemerdekaan itu adalah untuk menggelar keadilan sosial dan kesejahteraan,” pungkasnya.