Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Saat Dunia Mengecam, AS Malah Anggap Serangan Israel ke Rafah Tidak Lewati Batas
29 Mei 2024 13:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) menganggap serangan Israel ke Rafah tidak melewati batas. Pernyataan AS bertolak belakang dengan kecaman dunia internasional atas aksi Israel di Rafah.
ADVERTISEMENT
Sejak Minggu (26/8), Israel dua kali menggempur Rafah yang menjadi tempat penampungan pengungsi Palestina. Kedua serangan itu menyebabkan puluhan warga Gaza tewas.
Sebagai sekutu dekat Zionis, pemerintahan Joe Biden mengaku memantau penyelidikan Israel terhadap serangan ke Rafah yang menewaskan warga sipil.
Menurut juru bicara dewan keamanan nasional AS, John Kirby, negaranya tidak menutup mata atas jatuhnya korban sipil Palestina di Gaza.
"Israel menyebut ini sebagai kesalahan tragis," kata Kirby seperti dikutip dari The Guardian.
Lewat keterangan pers di Gedung Putih, Kirby menolak menjawab apakah serangan Israel ke Rafah akan membuat AS menarik bantuan militernya.
"Kami juga berkata kami tidak ingin melihat operasi darat besar di Rafah membuat Israel sulit mengejar Hamas tanpa harus menimbulkan kerusakan besar dan kematian besar," kata Kirby.
ADVERTISEMENT
"Operasi Israel pada Selasa sebagian besar masih di koridor di pinggiran Rafah," sambung dia.
Kirby menambahkan, dalam pandangan AS rangkaian serangan Israel ke Rafah masih dalam cakupan operasi terbatas.
Sedangkan, seorang pejabat Pentagon Sabrina Singh memastikan AS menunggu laporan Israel terhadap kematian warga sipil di Rafah. Setelah itu, baru mereka akan berkomentar.
Berbeda dengan AS lembaga internasional seperti PBB hingga negara Turki hingga Prancis, mengutuk dan meminta gencatan senjata segera berlaku di Gaza.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk tindakan Israel, sembari menyebut yang dilakukan Zionis adalah membunuh warga tak berdosa yang sedang berlindung dari konflik mematikan.
"Sudah tidak ada lagi tempat aman di Gaza. Horor ini harus berhenti," kata Guterres.
ADVERTISEMENT
Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pernyataannya tak hanya mengecam Israel. Erdogan menuntut Israel bertanggung jawab.
"Kami akan melakukan apa yang kami bisa untuk menuntut pertanggungjawaban para barbar dan pembunuh yang tidak melakukan apa pun untuk kemanusiaan," jelas Erdogan.