Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Saat Kelapa Jadi 'Jantung' Penghidupan Masyarakat Selayar
9 September 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kelapa sudah seperti jantungnya Selayar, mengakar di kehidupan dan menjadi mata pencaharian masyarakat. Selayar adalah kabupaten kepulauan di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Industri Tahun 2019-2039, kelapa merupakan komoditas utama yang hendak dikembangkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi di kepulauan itu, selain perikanan tangkap, dan pengolahan jambu mete.
Di wilayah pesisir ini, sangat mudah menemukan pohon kelapa. Batang kayunya tinggi-tinggi, menjulang penuh buah.
Potensi ini yang dimanfaatkan Suminarsih (38) dan kelompok kerjanya. Mereka memanfaatkan kelapa untuk memproduksi Virgin Coconut Oil (VCO) alias minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa.
Suminarsih bekerja berkelompok yang terdiri dari tujuh orang. Cara kerjanya, kelompok ini membeli kelapa dari petani, kemudian diolah menjadi VCO secara tradisional.
Dari mulai mengupas kelapa, memisahkan antara daging dan kulitnya, memarut, memerah santannya hingga mengolahnya menjadi VCO, semua serba tradisional, pakai tangan.
ADVERTISEMENT
Proses untuk menghasilkan VCO dengan cara ini memakan waktu yang cukup lama. Menurut Suminarsih, bisa 4 hingga 8 jam.
Butuh sekitar 12 butir kelapa untuk menjadi 1 liter VCO. Per bulannya, kelompok Suminarsih ini baru mampu memproduksi beberapa liter saja. Produksi akan digenjot apabila permintaan membeludak. Per liternya, VCO banderol seharga Rp 130 ribu.
Dari hasil penjualan VCO itu, bisa menafkahi para tetangga di sekitarnya yang sebelumnya hanya merupakan ibu rumah tangga saja. Laba kotor produksi VCO ini mencapai Rp 5 juta per bulannya.
Dari laba itu, tetangga Suminarsih mendapatkan penghasilan Rp 700 ribu per bulan.
"Dari awal itu kita berinisiatif punya kelompok, di samping ada penghasilan juga memang untuk berdayakan masyarakat sekitar juga. Rata-rata IRT, sudah masak duduk-duduk saja. Supaya ada penghasilan juga," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Buat petani juga harganya biar naik, karena kadang ada tengkulak ikut aja harganya," sambungnya.
Harga jual kelapa di tengkulak ini memang bak pisau bermata dua. Kerap mereka membeli kelapa petani dengan harga yang sangat murah. Sementara Suminarsih memilih membeli dengan harga dua kali lipatnya.
"Ke tengkulak paling Rp 500 atau Rp 1.000 satu kelapa. Kami sekarang bisa ambil di Rp 1.500 sampai 2.000," kata Suminarsih.
Manfaat VCO
Menurut Suminarsih, VCO ini bagus untuk kesehatan. Salah satunya menurunkan angka stunting pada anak.
Kelompoknya, lanjut Suminarsih, pernah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat untuk memberikan VCO ini kepada anak. "Alhamdulillah, ada hasil," kata dia.
"Paling bagus untuk imun bagi anak. Manfaatnya untuk kalau tangan gatal, bisa juga," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman Yankes Kementerian Kesehatan, VCO ini memang mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya kadar bilangan penyabunan, bilangan peroksida, dan asam lemak bebas yang rendah, dan sifat antibakteri yang lebih tinggi.
Manfaatnya, selain untuk menggoreng makanan, juga membantu mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes, memperbaiki pencernaan, hingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sebab, VCO berisi beberapa senyawa yang berguna bagi tubuh di antaranya asam lemak rantai sedang yang tidak tertimbun karena dicerna oleh tubuh, antioksidan seperti tokoferol dan betakaroten, yang berguna untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh.
Dapat Bantuan dari Kemensos
Kelompok Suminarsih menjadi salah satu yang mendapatkan bansos dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang dibagikan di Kecamatan Benteng, Selayar, pada Senin (9/9).
ADVERTISEMENT
Bantuan yang didapatkan oleh Suminarsih yakni satu unit mesin pemeras santan, satu unit mesin sentrifugal, dan satu unit mesin penyaring minyak VCO. Alat-alat ini, membuat produksi VCO menjadi lebih singkat.
"Alhamdulillah kelompok kami ada kunjungan, difasilitasi alat VCO," kata perempuan yang tinggal di Desa Bontotangnga, Kecamatan Bontoharu, Selayar itu.
Bila secara tradisional memproduksi VCO butuh waktu sampai 8 jam. Sementara dengan alat ini, bisa sangat cepat.
Menurutnya, proses pemisahan minyak dengan santan yang biasanya memakan waktu yang paling lama, kini bisa dilakukan dengan 5 sampai 10 menit saja.
"Habis diperas kita masukkan di mesin pendingin, kita mixer, masukan ke (alat) sentrifungal, jadi. Kalau manual pemisahannya butuh waktu 5-8 jam," pungkas dia, berterima kasih kepada Kemensos atas bantuan tersebut.
ADVERTISEMENT