Saat Monumen Pancasila Sakti Jakarta Jadi Alternatif Liburan Lebaran Keluarga

12 April 2024 20:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Museum Paseban di kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Jumat (12/4/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Museum Paseban di kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Jumat (12/4/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
ADVERTISEMENT
Achmad Jaelani (43) berjalan menyusuri lorong Monumen Pancasila Sakti. Sesekali ia menunjuk ke arah patung-patung diorama sambil bercerita dengan semangat kepada anaknya yang masih berusia 10 tahun.
ADVERTISEMENT
Libur Lebaran tak hanya jadi momen bagi umat Islam meraih kemenangan setelah menahan hawa napsu selama sebulan. Bagi masyarakat Indonesia, libur panjang Lebaran juga dijadikan waktu untuk bercengkrama dan berlibur bersama keluarga.
Di Jakarta, ada banyak tempat wisata yang dibanjiri pengunjung di momen ini, misalnya saja di Ancol atau Taman Margasatwa Ragunan. Namun bagi Djaelani, ia lebih tertarik mengajak anak dan istrinya mengenal sejarah lebih dalam dengan mengunjungi museum, maka tempat wisata alternatif Monumen Pancasila Sakti dipilih.
"Datang ke sini liburan buat anak untuk mengenalkan sejarah. Saya juga pernah ajak dia ke monumen-monumen lain," ucap Djaelani kepada kumparan di Museum Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Jumat (12/4).
Achmad Djaelani (43 tahun), bersama istri dan anaknya saat ditemui kumparan di Museum Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Jumat (12/4). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan.
Djaelani masih ingat, ia pernah mendapat pelajaran sejarah soal peristiwa kelam G30S, baik dari sekolah maupun dari orang tuanya. Cerita itulah yang ia kisahkan kembali pada anaknya sambil melihat-lihat reka ulang yang dipahat dalam rangkaian diorama.
ADVERTISEMENT
Selain diorama, Museum Lubang Buaya--nama lain Museum Pancasila Sakti--menyimpan berbagai bukti sejarah tentang peristiwa G30S tahun 1965. Di lokasi inilah, 59 tahun yang lalu, jasad para jenderal Angkatan Darat yang jadi korban pemberontak ditemukan.
Dalam peristiwa yang terjadi 30 September 1965 itu, enam orang jenderal dan satu letnan tewas. Mereka adalah Ahmad Yani, MT Haryono, S Parman, DI Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, Suprapto, dan Pierre A Tendean. Mereka kini dikenal dengan gelar Pahlawan Revolusi.
"Jadi dari orang tua saya, kembali [saya ceritakan] ke anak," tutur Djaelani.
Djaelani mengaku ini sebenarnya bukan pertama kali ia mengajak keluarga kecilnya menelusuri sejarah sambil berlibur. Tahun lalu misalnya, ia sempat mengajak keluarganya ke makam-makam Walisongo.
ADVERTISEMENT
"Tahun kemarin saya mudik. Saya ajak dia (anak saya) sama istri ke tempat makam-makam Walisongo," ungkapnya.
Reni Susanti (40 tahun) berwisata ke Museum Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Jumat (12/4). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan.
Djaelani bukan satu-satunya penggemar sejarah yang lebih memilih menikmati libur Lebaran dengan mengunjungi Museum Pancasila. Reni Susanti (40), perempuan asal Padang, bahkan datang beramai-ramai dengan keluarga besarnya yang kini tinggal di Jakarta Timur.
Sama seperti Djaelani, sesekali Reni juga menjelaskan apa yang ia tahu soal peristiwa kelam G30S kepada anak-anak yang ikut bersamanya. Ia ingin anak-anak di keluarganya bisa lebih paham tentang sejarah Indonesia sejak dini.
"Banyak edukasi pelajaran sih, mana yang belum tahu kan, jadi tahu. Ini lho [soal] PKI, sejarahnya begini, begitu. Biar tidak cuma mendengarkan [cerita] saja, kan," jelas Reni.
Reni yang tumbuh besar di era Orde Baru merasa perlu mewariskan cerita soal sejarah PKI kepada generasi muda. Sama seperti saat ia menonton dan mendapat cerita-cerita soal G30S saat kecil.
ADVERTISEMENT
"Dari kecil kalau kita zaman Orba, kan, tiap 30 September, diputar filmnya. Terus, sekarang diwariskan ke anak-anak," pungkasnya.
Sumur Lubang Buaya di kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Jumat (12/4/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan