Saat Prabowo Kritik Demokrasi Ala Barat dan Sanjung Aklamasi Pemilihan Ketum PAN

25 Agustus 2024 1:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden terpilih, Prabowo Subianto memberi sambutan pada penutupan Kongres PAN di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8). Foto: youtube/pantv
zoom-in-whitePerbesar
Presiden terpilih, Prabowo Subianto memberi sambutan pada penutupan Kongres PAN di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8). Foto: youtube/pantv
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden terpilih Prabowo Subianto mengkritik sistem demokrasi ala barat. Menurutnya, khususnya demokrasi di Amerika Serikat, tak sesuai dengan prinsip demokrasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam pidatonya, ia menyinggung soal banyaknya presiden yang ditembak mati di Negeri Paman Sam.
"Ayo bersatu, jangan ikut-ikut demokrasi ala barat. Barat itu di Amerika berapa presiden yang ditembak mati?" ujar Prabowo dalam sambutannya di penutupan Kongres PAN ke-6, Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Sabtu (24/8).
Menurut Prabowo, Amerika selalu mengajarkan bagaimana sistem demokrasi yang seharusnya. Namun kenyataannya justru sebaliknya, banyak kriminalitas yang terjadi di sana.
Ia bahkan mengatakan, para turis Amerika kemungkinan lebih banyak dan lebih aman untuk berjalan-jalan di Jakarta, ketimbang di negaranya sendiri.
"Sampai sekarang mereka ajarin kita demokrasi. Tapi mereka sendiri kayak begitu," ucap Prabowo.
"Mungkin lebih aman jalan-jalan di Jakarta daripada jalan-jalan di negara mereka. Mungkin," sambungnya.
ADVERTISEMENT

Sanjung Aklamasi di PAN

Dalam pidatonya, Prabowo juga menyanjung soal aklamasi yang terjadi di tubuh PAN. Partai tersebut memutuskan memilih kembali Zulkifli Hasan (Zulhas) sebagai ketum partai untuk 2024-2029.
Menurut Prabowo, Indonesia memang seharusnya memiliki tradisi sendiri dalam berdemokrasi, yakni musyawarah mufakat.
"Tadi kita sudah mengkritik, kita tidak mau ngejek. You punya tradisi, kita harus cari tradisi kita sendiri. Musyawarah mufakat, itu ajaran nenek moyang kita," ujar Prabowo.
Musyawarah mufakat, menurut Prabowo, menjadi salah satu tradisi demokrasi yang khas dari Indonesia. Sehingga menurutnya, dalam musyawarah mufakat sistem aklamasi tak jadi masalah.
"Kalau sudah dapat kebaikan enggak ada masalah aklamasi, enggak ada masalah. Justru rukun. Itu yang didambakan oleh rakyat kita, kerukunan di antara pemimpin-pemimpin kita," ucap Prabowo.
Presiden Joko Widodo berpose bersama Ketua Umum Partai PAN Zulkifli Hasan dan mantan Ketua Umum Partai PAN Hatta Rajasa serta kader PAN dalam pembukaan HUT PAN ke-26 dan kongres di Jakarta, Jumat (23/8/2024). Foto: Youtube/PAN TV
Prabowo juga mengatakan, dulunya ia dan Jokowi merupakan rival di dua kali Pilpres 2014 dan 2019.
ADVERTISEMENT
Namun kini keduanya bisa bersatu, bahkan bekerja sama dengan baik. Alasannya, karena sama-sama mencintai Indonesia.
"Prabowo-Jokowi dulu dua kutub, sekarang bisa bekerja sama dengan baik. Karena apa? Jokowi cinta Rakyat Indonesia, Prabowo Subianto cinta Rakyat Indonesia, Zulkifli Hasan cinta Rakyat Indonesia, Hatta Rajasa cinta Rakyat Indonesia, kalau kita cinta Rakyat Indonesia kenapa kita enggak kerja sama?" tuturnya.
Lebih lanjut, bagi Prabowo, siapa pun yang menjadi pemimpin di Indonesia, maka tak jadi masalah untuk bersatu dan bekerja sama demi rakyat.
"Siapa jadi presiden, siapa jadi wakil, siapa monggo. Enggak ada masalah, mari kita bekerja sama untuk rakyat Indonesia," pungkasnya.