Saat RS Kartika Husada Ditanya, 'Apa Penyebab Meninggalnya Alvaro?'

3 Oktober 2023 18:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers manajemen RS Kartika Husada atas kasus meninggalnya Benediktus Alvaro Darren, Selasa (3/10/2023). Foto: Fadlan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konpers manajemen RS Kartika Husada atas kasus meninggalnya Benediktus Alvaro Darren, Selasa (3/10/2023). Foto: Fadlan/kumparan
ADVERTISEMENT
Manajemen Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih Bekasi menggelar konferensi pers terkait meninggalnya Benediktus Alvaro Darren (7 tahun).
ADVERTISEMENT
Alvaro dioperasi amandel pada 19 September 2023 dan dinyatakan mati batang otak (brain dead) tiga hari kemudian. Bocah ini meninggal pada 2 Oktober 2023.
Wartawan dalam acara konferensi pers pun bertanya ke manajemen RS Kartika Husada, apa penyebab kematian Alvaro? Begini jawabannya:
"Untuk itu, bukan kapasitas saya, makanya saya usahakan dokter-dokter kami datang ke mari jika sudah selesai dari Dinkes dan kami usahakan untuk bisa hadir di sini. Mungkin itu yang bisa saya upayakan," kata Komisaris RS Kartika Husada, Nidya Kartika Yolanda, Selasa (3/10).
"Karena untuk menjawab semuanya, bukan kapasitas kami bertiga. Saya hanya dokter umum, Dian (Dian Indah, direktur) dokter gigi, Indah (Rahma Indah, case manager) dokter umum. Ini bukan kapasitas kami dan bukan kami yang merawat pasien," lanjut Nidya.
Konpers manajemen RS Kartika Husada atas kasus meninggalnya Benediktus Alvaro Darren, Selasa (3/10/2023). Foto: Fadlan/kumparan
Usai mendengarkan jawaban begitu, wartawan pun bertanya kembali: Apakah penyebab kematian itu tidak dibahas dalam Rapat Manajemen Luar Biasa? Manajemen pasti tahu.
ADVERTISEMENT
Kemudian Nidya menjawab lagi:
"Ini saya coba jawab, memang bukan kapasitas saya. Secara awam, setiap tindakan medis itu kan sudah diinfo, ya, itu pasti ada risikonya. Risiko itu pasti berbeda, misal untuk tindakan operasi sesar apa, operasi THT apa, operasi gigi apa, dari A-Z ada," ujarnya.
"Oh misalnya risiko terjadinya A itu 0,5%, oh yang B 0,05%, dari risiko skala kecil sampai risiko terbesar itu sudah ada dijelaskan ke keluarga pasien, 'Kemungkinan terjadi ini-ini-ini', ada," katanya.
RS Kartika Husada. Dok. kumparan
"Nah, untuk pastinya, harus ada pembuktian bagaimana misalnya yang A itu kalau memang benar gara-gara ini, harus ada CT Scan, oh yang ini harus ada pemeriksaan MRI nya begitu Pak, jadi untuk pasti diagnosis itu harus pasti ada pemeriksaan yang dilakukan," ujar Nidya.
ADVERTISEMENT

Risiko Mati Batang Otak Sudah Diinfokan

Menurut Nidya, setiap tindakan operasi itu risiko kematiannya selalu disebutkan, termasuk kepada keluarga Alvaro. "Itu termasuk Operasi Sedang bukan Operasi Kecil," katanya.
Soal vonis Mati Batang Otak, itu sudah diprediksi seperti itu?
"Ada. Dan sebelum dilakukan operasi kan sudah diberi tahu. Kita tidak tahu ya kan badan masing-masing orang itu berbeda makanya di dalam literatur itu bisa ada jurnal yang memang menyebutkan 'Oh kalau ini, bisa begini', misal, kita tidak tahu kondisi medis anak sebelumnya," ujar Nidya.
Ibu Alvaro, Delima Sinaga, saat persemayaman anaknya di Rumah Duka Rs St Elisabeth, Bekasi, Selasa (3/10/2023). Dok: Fadlan/kumparan