Saat Siswa SLB Tuli Jadi Relawan Pembuat Masker Kain Bantu Lawan Corona

6 April 2020 17:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Siswa siswi SLB membuat masker kain. Foto: Dok. Wendy Kusumowidagdo
Seorang perempuan berkerudung pink terlihat sibuk menjahit kain-kain di hadapannya untuk dijadikan masker. Sudah beberapa hari ini dia dan 34 temannya dari Sekolah Luar Biasa B (Tuli) membuat masker kain di rumah masing-masing yang tersebar di kawasan Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini mereka lakukan karena sekolah diliburkan akibat wabah virus corona yang semakin meluas. Untuk mengisi kegiatan sehari-hari, mereka menjadi relawan pembuat masker kain. Nantinya masker ini akan dibagikan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.
Meski mereka memiliki keterbatasan, tetapi semangat untuk membantu sesama tidak perlu diragukan lagi. Hal inilah yang dilihat Yayasan Helping Hand yang merupakan pencetus kegiatan ini.
Menurut Direktur Eksekutif Helping Hands, Wendy Kusumowidagdo, kegiatan ini bertujuan untuk mengajak sejumlah siswa siswi tuna rungu dan guru dari berbagai Sekolah Luar Biasa untuk turun tangan dan bergerak untuk berkontribusi di tengah krisis COVID-19 sambil belajar dari rumah. Ajakan ini mendapat sambutan baik dari para siswa dan guru SLB.
“Saya berpikir, apa yang kira-kira kami bisa lakukan, kami kan bermitra dengan SLB-SLB, karena mereka kan libur, belajar di rumah, dan dari survei kami ini banyak hal yang kurang efektif dan juga keterbatasan mereka,” kata Wendy kepada kumparan, Senin (6/4).
ADVERTISEMENT
Siswa siswi dan guru SLB membuat masker kain. Foto: Dok. Wendy Kusumowidagdo
Saat ini ada 35 orang relawan penjahit yang terdiri dari siswa dan guru tuna rungu (tuli) dari sejumlah SLB setingkat SMA yang berusia antara 15-17 tahun. Pihak yayasan memberi bantuan berupa bahan-bahan untuk pembuatan masker hingga alat jahit portable dari hasil penggalangan dana.
“Saat ini kami terus galang dana, hasilnya untuk kami beli bahan-bahan untuk masker mulai dari kain, benang, karet, hingga mesin jahit portable, karena kan anak-anak enggak sekolah lagi karena ada yang punya mesin jahit ada yang enggak, jadi kami bantu sediakan, tapi bisa juga ada yang bisa menjahit pakai tangan,” kata Wendy.
Menurut Wendy, kurikulum sekolah luar biasa yang mengedepankan keterampilan membuat anak-anak bisa membuat masker kain ini, dengan dibantu para guru.
ADVERTISEMENT
“Mereka di sekolah 70 persen kurikulumnya keterampilan, ada yang sudah pernah belajar menjahit juga sebelumnya, ada juga yang baru mulai, kami buat polanya dan contohnya ini kerja sama dari guru-gurunya,” lanjut wendi.
Siswa siswi dan guru SLB membuat masker kain. Foto: Dok. Wendy Kusumowidagdo
Kegiatan ini sudah dilakukan selama seminggu, dan rencananya masker-masker buatan siswa dan siswi SLB ini nantinya akan didistribusikan ke sejumlah rumah sakit untuk digunakan para petugas pendukung seperti security hingga pegawai administrasi.
“Jadi masker-masker yang dibuat tidak dijual, tapi kita distribusikan ke pusat kesehatan, ke puskesmas, tapi bukan untuk tenaga medis, bisa untuk satpam atau petugas administrasi atau petugas kebersihan,” kata Wendy.
Siswa SLB sedang membuat pola masker kain. Dok: Istimewa
Program-program Yayasan Helping Hands memfokuskan pada pelatihan inklusif pengembangan soft skills untuk tuna netra, tuna daksa dan tuna rungu, di mana siswa dan siswi SLB melebur dengan siswa-siswi non-disabilitas, untuk belajar bekerja sama dan berkoordinasi.
ADVERTISEMENT
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!