Saat Udara Jakarta Buruk, RS Alami Kenaikan Kasus ISPA

16 Agustus 2023 9:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi polusi udara di Jakarta dilihat dari ketinggian pada Selasa (15/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi polusi udara di Jakarta dilihat dari ketinggian pada Selasa (15/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Rumah sakit di Jakarta merasakan adanya kenaikan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di tengah buruknya udara Jabodetabek. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, di antaranya, mengatakan ada kenaikan kasus ISPA dari periode Maret-Juli 2022 dengan periode yang sama di 2023.
ADVERTISEMENT
"Dari gambaran yang ada, dibandingkan tahun lalu periode Maret, April, Juni, Juli, dengan kunjungan (pasien) sekarang, kasus ISPA tahun ini lebih banyak dari tahun lalu. Tapi kita belum kaji dengan polutan (wilayah) kita secara statistik ya," kata Direktur Utama RSUP Persahabatan, Agus Dwi Susanto kepada kumparan, Rabu (16/7).
Agus menekankan memang belum dikaji apakah ada kaitan signifikan antara polusi udara dengan kenaikan pasien ISPA. Tetapi menurutnya, sudah ada kajian pada 2019 bahwa peningkatan polutan berdampak signifikan pada kasus asma dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).
"Memang belum ada kajian terhadap kunjungan pasien (saat ini), tapi kita punya riset 2019, bahwa ketika ada peningkatan polutan, khususnya PM 10 dan ozon, itu dinilai ada hubungan dengan kunjungan asma dan PPOK di IGD," kata dia.
Direktur Utama RSUP Persahabatan Prof. Dr.dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR. Foto: RSUP Persahabatan
"Dan dari data setiap peningkatan ozon dan PM 10 itu secara bermakna, kunjungan di IGD pasien asma dan PPOK meningkat. Nah, itu udah ada data di kami. Tapi beberapa bulan ini di poliklinik, kita belum kaji mendalam," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Polusi udara di Jakarta dan sekitarnya memang sedang tinggi-tingginya. Menurut KLHK, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab polusi di Jabodetabek semakin meningkat, mulai dari emisi dari industri PLTU, penggunaan kendaraan bermotor, hingga kemarau.
Data Napas, perusahaan kualitas udara berbasis teknologi, menyebut bahwa dalam tiga bulan terakhir, kualitas udara di Jabodetabek masuk dalam kategori “tidak sehat untuk kelompok sensitif” hingga “tidak sehat untuk semua orang”.
Warga beraktivitas di luar ruangan di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Belakangan, warganet juga ramai membagikan foto kondisi terbaru Jakarta yang nampak diselimuti debu kelabu polusi udara.
Agus mengatakan, pihaknya sangat mungkin akan melakukan kajian terkait polusi udara dengan ISPA dan PPOK dalam waktu dekat.
"Tentunya itu bagian kita sebagai RS pendidikan untuk riset. Karena juga sudah kita coba lakukan pengumpulan data (pasien)," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Dikumpulkan dengan data dengan polutan di wilayah Jakarta Timur, mungkin itu bisa kita lakukan (kajian)," tambah dia.

Pasien ISPA Anak Naik di Radjak Hospital Salemba

Kondisi polusi udara di Jakarta dilihat dari ketinggian pada Selasa (15/8/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara, dokter spesialis anak di Radjak Hospital Salemba, dr. Abdul Chairy, mengakui ada peningkatan kasus ISPA dalam beberapa waktu terakhir. Meski, ia juga mengatakan perlu dikaji apakah peningkatan ini berkaitan langsung dengan polusi udara Jakarta.
"Secara umum, polusi itu kan pasti akan merangsang radang. Cuma kalau dibilang peningkatan polusi, terus angka ISPA meningkat, terus terang belum tahu angka pastinya. Kerasa naik, cuma (harus dikaji) apa karena polusi, kan virus bisa juga," kata Arry saat dihubungi terpisah.
"Sekitar 3-5 anak per hari (kasus ISPA). Itu sudah banyak. Bisa 3 kali lipat lah peningkatan. Secara kasar, ya. Tapi belum bisa dipastikan semua karena polusi udara, harus tunggu penelitian," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Arry mengingatkan anak-anak memang rentan terkena ISPA. Tak tertutup kemungkinan, orang tua yang terpapar polusi udara hingga terserang ISPA juga menjadi sumber ISPA pada anak.
"Kan anak-anak lemah. Misal orang tuanya ISPA, biasanya anaknya kena ISPA juga. Mungkin yang kena polusi orang tuanya, terus jadi ISPA, anaknya ketularan," jelas dia.