Sabtu, Bunga Bangkai di Hutan Raya Bogor Akan Mekar

3 Januari 2020 18:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bunga bangkai di Kebun Raya Bogor diperkirakan akan mekar pada 4 Januari 2020  Foto: Dok. LIPI
zoom-in-whitePerbesar
Bunga bangkai di Kebun Raya Bogor diperkirakan akan mekar pada 4 Januari 2020 Foto: Dok. LIPI
ADVERTISEMENT
Bunga bangkai atau Amorphophallus titanum di Kebun Raya Bogor diperkirakan akan mekar pada Sabtu, 4 Januari 2020.
ADVERTISEMENT
“Umbi dari individu yang akan mekar ini diperoleh dari kerja sama LIPI dengan Kebun Raya Liwa, Lampung,” ujar Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, R. Hendrian, dalam keterangan persnya, Jumat (3/1).
Hendrian menjelaskan, konservasi jenis-jenis tumbuhan terancam di Indonesia seperti bunga bangkai ini akan menjadi salah satu fokus utama kegiatan penelitian LIPI di tahun ini.
“Beberapa kegiatan eksplorasi juga akan dilakukan untuk meningkatkan secara signifikan jumlah jenis tumbuhan terancam yang terkonservasi secara ex-situ di Kebun Raya Indonesia,” terangnya.
Hendrian menambahkan, fasilitas penelitian di Kebun Raya Bogor terus dioptimalisasi dan direvitalisasi.
“Awal tahun ini pembangunan rumah kaca dan laboratorium anggrek segera dimulai,” jelasnya.
Peneliti bunga bangkai Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Dian Latifah, menjelaskan Amorphophallus titanum berbeda dengan Rafflesia meski keduanya dikenal masyarakat dengan sebutan bunga bangkai.
ADVERTISEMENT
“Rafflesia merupakan tumbuhan parasit dengan pohon inang Tetrastigma spp. atau anggur hutan ,” ujar Dian.
Dian menjelaskan, Amorphophallus titanum memiliki fase daun dan fase bunga yang tidak bersamaan.
“Fase daun dapat mencapai satu sampai dua tahun. Setelah itu umbi akan memasuki masa istirahat atau dorman yang bisa lebih dari satu setengah tahun, kemudian berbunga,” ujar Dian.
Dian menjelaskan, perbungaan Amorphophallus titanum merupakan sekelompok bunga kecil jantan dan betina yang menempel di bagian dasar tongkol.
“Tongkol atau spadiks yang berwarna kuning dikelilingi oleh seludang bunga yang berwarna merah keunguan. Tinggi spadiks dapat mencapai tiga meter menjadikan Amorphophallus titanum dijuluki bunga raksasa,” ujar Dian.
Is menjelaskan, bunga jantan dan betina tidak masak bersamaan. “Bunga betina masak di malam hari dan mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Pada proses ini terjadi peningkatan suhu di bagian tongkolnya sehingga kadang-kadang dapat mengeluarkan asap,” papar Dian. Sementara bunga jantan, masak keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
“Secara alami bunga bangkai sulit menyerbuk sendiri. Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan serangga penyerbuk atau manusia,” terangnya.
LIPI saat ini telah meneliti kandungan umbi bunga bangkai.
Umbinya bermanfaat karena kandungan glucomannan yang memiliki kegunaan sebagai zat pengental, jelly kaya serat (dietary fibers) dan suplemen untuk diet kolesterol, gula darah, dan agen kontrol berat badan,” jelas Dian.
Amorphophallus titanum masuk dalam kategori tumbuhan langka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan keberadaannya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Poerba dan Yuzammi (2008), kelestariannya memerlukan bantuan manusia dalam bentuk pembibitan massal dan cepat, misalnya kultur jaringan, dan diikuti reintroduksi di alam.
ADVERTISEMENT