Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Safari Prabowo Dinilai Belum Tentu Dongkrak Elektabilitas, Pemilih Kini Rasional
9 Mei 2022 19:09 WIB
·
waktu baca 2 menit![Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Ponpes Al-Anwar Rembang. Foto: Dok. Angga Raka Prabowo (ARP)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/b541f83a3ab45ee3f199dff26a7bb6f9561b000d4f7a9ad85ef3797245605b1a.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Peneliti Populi Center, Rafif Pamenang Imawan, menilai langkah Prabowo melakukan kunjungan ke berbagai pemimpin kebudayaan dan keagamaan tersebut tidak akan banyak berpengaruh terhadap elektabilitasnya.
Menurut Rafif, Indonesia memang memiliki ciri kepemimpinan dengan sifat yang multidimensi, sehingga tokoh pemimpin nasional harus bisa merepresentasikan berbagai aspek, baik dari kebinekaan, nasional, budaya dan agama.
Namun saat ini pilihan masyarakat Indonesia lebih cenderung ditentukan lewat rekam jejak calon pemimpin secara rasional dan bukan pencitraan.
“Menurut pandangan saya, pemilih cenderung melihat track record dari calon presiden. Tidak serta merta melihat dia merepresentasikan dukungan kelompok tertentu,” tuturnya kepada kumparan, Senin (9/5).
“Artinya dukungan dari Nahdliyin, Muhammadiyah, dari habib, sultan penting, tapi secara umum (masyarakat) sudah cenderung rasional, lihat dari track record-nya, ” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Rafif menambahkan, langkah Prabowo tersebut bisa jadi menjadi strategi untuk melihat apakah dirinya masih diterima dan dianggap bisa merepresentasikan kelompok-kelompok sosial. Di sisi lain rekam jejak Prabowo yang sudah dua kali gagal berlaga pada pilpres.
“Saya pikir ini langkah panjang yang ditempuh Prabowo untuk lihat juga dari sisi elite apakah dirinya diterima dan dianggap bisa merepresentasikan kelompok sosial yang termanifestasi dalam kelompok ponpes, habib, Jawa, dan segala macam. Tapi sekali lagi pemilih sudah rasional. Belum tentu popularitas naik, lalu orang akan pilih tokoh tersebut,” tandasnya.