Safari Prabowo Dinilai Belum Tentu Dongkrak Elektabilitas, Pemilih Kini Rasional

9 Mei 2022 19:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Ponpes Al-Anwar Rembang. Foto: Dok. Angga Raka Prabowo (ARP)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Ponpes Al-Anwar Rembang. Foto: Dok. Angga Raka Prabowo (ARP)
ADVERTISEMENT
Prabowo Subianto melakukan safari politik ke beberapa tokoh politik dan ulama selama libur Lebaran tahun ini. Kegiatannya tersebut dinilai sebagai strategi untuk mendongkrak elektabilitasnya sebagai Capres 2024 mendatang.
ADVERTISEMENT
Peneliti Populi Center, Rafif Pamenang Imawan, menilai langkah Prabowo melakukan kunjungan ke berbagai pemimpin kebudayaan dan keagamaan tersebut tidak akan banyak berpengaruh terhadap elektabilitasnya.
Menurut Rafif, Indonesia memang memiliki ciri kepemimpinan dengan sifat yang multidimensi, sehingga tokoh pemimpin nasional harus bisa merepresentasikan berbagai aspek, baik dari kebinekaan, nasional, budaya dan agama.
Namun saat ini pilihan masyarakat Indonesia lebih cenderung ditentukan lewat rekam jejak calon pemimpin secara rasional dan bukan pencitraan.
“Menurut pandangan saya, pemilih cenderung melihat track record dari calon presiden. Tidak serta merta melihat dia merepresentasikan dukungan kelompok tertentu,” tuturnya kepada kumparan, Senin (9/5).
“Artinya dukungan dari Nahdliyin, Muhammadiyah, dari habib, sultan penting, tapi secara umum (masyarakat) sudah cenderung rasional, lihat dari track record-nya, ” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto silaturahmi sekaligus menjenguk mantan komandannya, Jenderal TNI (Purn.) Subagyo Hadi Siswoyo. Foto: Dok. Istimewa
Menhan Prabowo Subianto silaturahmi ke kediaman Sultan HB X di Yogyakarta. Foto: Angga Raka Prabowo
Prabowo Subianto bertemu Habib Lutfi. Foto: Dok. Angga Raka Prabowo (ARP)
Rafif menambahkan, langkah Prabowo tersebut bisa jadi menjadi strategi untuk melihat apakah dirinya masih diterima dan dianggap bisa merepresentasikan kelompok-kelompok sosial. Di sisi lain rekam jejak Prabowo yang sudah dua kali gagal berlaga pada pilpres.
“Saya pikir ini langkah panjang yang ditempuh Prabowo untuk lihat juga dari sisi elite apakah dirinya diterima dan dianggap bisa merepresentasikan kelompok sosial yang termanifestasi dalam kelompok ponpes, habib, Jawa, dan segala macam. Tapi sekali lagi pemilih sudah rasional. Belum tentu popularitas naik, lalu orang akan pilih tokoh tersebut,” tandasnya.