Sahroni Soroti Kasus Rindu Tewas Usai Squat Jump 100 Kali

6 Oktober 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahmad Sahroni Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Sahroni Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Politikus NasDem Ahmad Sahroni menanggapi kasus tewasnya siswa SMP N 1 STM Hilir bernama Rindu Syahputra Sinaga (14 tahun). Rindu disebut-sebut tewas lantaran hukuman squat jump 100 kali yang diberikan oleh guru agamanya.
ADVERTISEMENT
Sahroni menyesalkan masih ada budaya pemberian hukuman fisik tidak wajar kepada para siswa.
“Hari gini masih ada aja pemberian hukuman fisik tidak wajar kepada siswa seperti itu. Zaman sudah modern, kurikulum sudah diperbaharui, tapi cara mengajarnya masih kuno," kata Sahroni dalam keterangannya, Minggu (6/10).
"Ini benar-benar harus jadi momentum pembenahan di pendidikan kita, di mana tak boleh ada lagi hukuman fisik tak wajar di lingkungan pendidikan,” tambah dia.
Anggota DPR periode 2024-2029 ini mengatakan setalah dilakukan ekshumasi terhadap jenazah korban, kepolisian harus segera mengungkap penyebab kematian korban.
“Maka saya minta pihak forensik kepolisian segera mengungkap penyebab kematian korban. Jika benar kelelahan akibat hukuman tidak wajar tersebut, saya minta oknum guru itu langsung diberi hukuman setimpal. Agar memberi pesan bahwa, tidak boleh lagi ada guru yang menerapkan cara-cara pengajaran seperti itu," ucap Sahroni.
ADVERTISEMENT
"Kalau murid ada salah ya dinasihati, pun jika diperlukan hukuman, bisa yang lebih mendidik, bukan menyiksa,” kata Sahroni.
Ombudsman panggil Kadisdik Deli Serdang Yudi Hilmawan hingga guru SW terkait tewasnya Rindu Sinaga (14). Foto: Dok. Ombudsman Sumut
Polisi lakukan ekshumasi terhadap jasad Rindu Syahputra Sinaga yang diduga tewas usai dihukum Squat Jump 100 kali di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, pada Selasa (1/10/2024). Foto: Dok. Istimewa
Sahroni berharap kejadian seperti ini tidak kembali terulang dalam dunia pendidikan.
“Dan saya harap kasus-kasus seperti ini tidak terulang lagi. Kalau masih ada, murid melapor saja ke pihak sekolah atau orang tua. Nanti biar dilaporkan ke polisi dan diusut,” tutup Sahroni.