Said Aqil: Kenapa PKB Masih Dikalahkan NasDem dan Gerindra

24 Juli 2021 1:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
Ketua PBNU Said Aqil di acara diskusi "harapan baru dunia Islam" meneguhkan hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta.  Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua PBNU Said Aqil di acara diskusi "harapan baru dunia Islam" meneguhkan hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj memberikan sejumlah catatan terkait kiprah PKB dalam perpolitikan tanah air dalam acara doa dan syukuran 23 tahun partai berlambang bola dunia yang dikelilingi sembilan bintang itu, Jumat (23/7). Said Aqil menyinggung soal pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
Said Aqil memulai tausiyahnya dengan mengatakan meski PKB baru berusia 23 tahun, tetapi partai itu lahir langsung dari perut NU yang sudah berkiprah selama 95 tahun. Artinya, kata dia, PKB seharusnya menjadi partai yang dewasa dalam perpolitikan di Indonesia.
"Orang PKB enggak liat usia 23 tahun, yang dilihat NU sudah 95 tahun maka PKB harus jadi parpol dewasa, matang, tua, cukup umur dan bisa menentukan kebijakan untuk bangsa," kata Said Aqil.
"Selama PKB tidak bisa dipisahkan dari NU maka PKB insyaallah akan kuat jaya bermanfaat, siapa pun pengurusnya, boleh ganti pengurus asal NU dan PKB tidak pernah berpisah Insyaallah akan berlangsung," sambungnya.
Dari situ, ia masuk kepada hasil pemilu 2019 lalu. Ia mengatakan PKB tidak boleh terlena dalam perjalanan politiknya. Dengan umur partai yang dewasa, tidak boleh menjadikan mesin partai santai-santai saja. Ia menyinggung pada pemilu 2019 PKB kalah dari partai yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
"Betapa pentingnya massa dalam perjalanan umur usia kita, kita tidak boleh lengah santai tenang-tenang saja, begitu kita lengah tidak prihatin langsung disalip orang, mohon maaf PKB lebih tua dari yang nomor 2 teratas ini (partai di pemilu 2019)," kata Said Aqil.
Ketum PKB Cak Imin usai diperiksa KPK. Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan
Ia mengatakan, apabila kalah dengan PDIP dan Golkar, masih bisa diterima. Tetapi, apabila kalah dengan dua partai baru, yakni Gerindra dan NasDem, hal itu menimbulkan tanya.
"Kenapa kita masih dikalahkan dengan yang 2 itu? Gerindra dan NasDem? karena kita, mari kita pikirkan, karena barangkali lengah kita merasa tenang-tenang saja, kurang greget kurang semangat," kata Said Aqil.
"Menyia-nyiakan usia menyia-nyiakan waktu maka tuhan bersumpah dengan demi masa supaya kita sadar waktu hidup jalan cepat waktu cepat berlarian dengan aktivitas kita, begitu kita lengah maka itulah akibatnya," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan kumparan, pada Pemilu legislatif 2019, PKB ada pada peringkat keempat. Peringkat pertama diisi oleh PDIP; lalu Gerindra; Golkar, PKB, kemudian NasDem. Artinya sebenarnya PKB masih berada di atas perolehan suara NasDem.
Namun demikian, NasDem memang menjadi partai yang membuat kejutan. Di Pemilu legislatif 2014 NasDem hanya menduduki urutan delapan dengan suara sah 8,4 juta. Di 2019, partai besutan Surya Paloh naik ke peringkat lima dengan suara 12,6 juta.
Dalam kesempatan yang sama, Said Aqil juga menyinggung soal kondisi terkini. Ia bicara soal masih banyaknya Kiai yang tidak percaya akan COVID-19. Ia menyatakan sudah seharusnya PKB dan NU bekerja bersama-sama menyadarkan kiai-kiai ini.
"NU juga enggak boleh lengah, enggak boleh ketinggalan, merasa puas bahkan masalah kita dibantu PKB bagaimana menyadarkan kiai loh ya, yang masih tidak percaya dengan adanya COVID-19," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu ayo sama-sama PKB NU beri kesadaran ke kiai masyarakat NU yang masih belum percaya, apalagi kita masuk era 5.0 yang akan lebih cepat dituntut gerak cepat PKB harus betul-betul gaspol gigi 5 seperti itu tuntutan sekarang," pungkasnya.