Said Aqil: Perkokoh Islam Nusantara, Budaya Kita Lebih Mulia dari Arab

25 Januari 2020 19:47 WIB
Ketua PBNU Said Aqil di acara diskusi "harapan baru dunia Islam" meneguhkan hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta.  Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua PBNU Said Aqil di acara diskusi "harapan baru dunia Islam" meneguhkan hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj, mengajak pemerintah Malaysia memperkokoh Islam Nusantara.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Islam Nusantara merupakan tipologi yang cocok bagi warga Indonesia, Malaysia, hingga Brunei Darussalam.
"Saya punya ide Pak Datuk (Menhan Malaysia Mohammad Sabu) yang saya lemparkan tahun 2015. Mari kita memperkokoh Islam Nusantara. Bukan mazhab, bukan sekte, bukan aliran baru, tetapi tipologi umat Islam di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan seterusnya. Islam yang menyatu dengan budaya," kata Said dalam diskusi 'Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (25/1).
Menurut Said, penerapan Islam Nusantara menjadi perbedaan Indonesia dengan negara di Timur Tengah.
"Budaya kita Nusantara lebih mulia daripada budaya Arab. Lebih bermartabat daripada budaya Arab. Kita di sini tidak mudah perang, tidak mudah membunuh. Kemarin Pilpres seperti apa, hampir seperti perang saudara. (Tapi) selesai, sudah tidak ada masalah," ucapnya.
Ketua PBNU Said Aqil di acara diskusi "harapan baru dunia Islam" meneguhkan hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Kalau di Arab, 40 tahun konflik Irak salat Jumat bersama, jam 2 perang. Itu sama-sama juga sampai sekarang 40 tahun. Di kita alhamdulilah kita tidak terjadi seperti itu. Kita berbudaya, kita berkepribadian," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Said mengatakan, Islam Nusantara dapat menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi di timur tengah.
"Dengan Islam Nusantara mudah-mudahan menjadi solusi untuk pemikiran yang buntu di Timur Tengah. Jangan harap tahun-tahun ini ada tokoh besar ada pemimpin besar dari timur tengah jangan harap. Tidak mungkin ada pemimpin besar ulama besar dari timur tengah, orang perang terus gimana mau mikir," tutupnya.