Said Aqil Sentil Keamanan Siber Kominfo: Sudah Tua, Kebobolan Rahasia Negara

2 Juli 2024 13:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua LPOI (Lembaga Persahabatan Organisasi Islam) Said Aqil Siroj di acara Tadarus Sejarah & Launching Indonesia Tiongkok Cultural and Training Center di Royal Hotel Kuningan, Jakarta, Selasa (2/7/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua LPOI (Lembaga Persahabatan Organisasi Islam) Said Aqil Siroj di acara Tadarus Sejarah & Launching Indonesia Tiongkok Cultural and Training Center di Royal Hotel Kuningan, Jakarta, Selasa (2/7/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Said Aqil Siroj, menyoroti kondisi keamanan siber Indonesia. Ia prihatin dengan insiden server PDN yang diserang ransomware.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, masalah keamanan siber ini perlu ditingkatkan.
“Di tengah tsunami digital, serta di tengah konflik global yang menggejala. Maka selayaknya Indonesia memperkuat kedaulatan dan keamanan siber,” kata Said dalam sambutannya pada acara Tadarus Sejarah & Launching Indonesia Tiongkok Cultural and Training Center di Royal Hotel Kuningan, Jakarta, Selasa (2/7).
Eks Ketum PBNU itu menilai, pertahanan siber harus melibatkan semua pemangku kebijakan. Dia menambahkan, keamanan siber juga jangan dimonopoli oleh pihak ketiga.
Acara 'FGD Kebijakan Teknologi Kecerdasan Artifisial di Indonesia' yang digelar Kominfo di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (27/11). Foto: Muhammad Fikrie/kumparan
Selain itu, Said menyebut SDM Indonesia yang masih muda lebih banyak dan lebih pandai dalam keamanan siber. Ia menyinggung Kominfo yang menurutnya diisi oleh birokrat yang kurang kompetensinya.
“Kalau birokrat di Kominfo kan sudah tua-tua itu. Yang muda-muda lebih canggih dari yang tua-tua. Coba bisa kebobolan rahasia negara,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Nomor rekening dan KTP kita bisa diketahui semua ini. Nama, alamat, rahasia BIN bisa diketahui. Bahaya sekali,” sambungnya.
Sebelumnya, Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto, mengungkapkan salah satu faktor pusat data nasional sementara (PDNS) terserang malware ransomware versi terbaru yaitu LockBit 3.0. Hadi menyebut faktor tersebut adalah penggantian password yang tidak termonitor.
“Dari hasil forensik pun kami sudah bisa mengetahui bahwa siapa user yang selalu menggunakan passwordnya dan akhirnya terjadi permasalahan-permasalahan yang sangat serius ini,” kata Hadi usai menggelar rapat bersama Menkominfo, Budi Arie dan Kepala BSSN, Hinsa Siburian di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (1/7).
Kendati begitu, Hadi tidak menyebutkan pihak mana yang melakukan kelalaian menjaga password tersebut. “Nanti akan kita berikan suatu edaran agar penggunaan password oleh para user ini juga harus tetap hati-hati, tidak sembarangan dan akan dimonitor oleh BSSN,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Imbas dari serangan siber kepada PDNS itu menyebabkan beberapa layanan publik terganggu. Mulai dari sistem keimigrasian hingga data penerima beasiswa di Kemendikbud yang harus diunggah ulang karena tidak ada back up data di PDNS.
Belakangan diketahui yang menyerang server PDN adalah Brain Cipher Ransomware — geng hacker yang menyerang sistem korbannya dengan ransomware varian LockBit. Brain Chiper menyandera data raksasa di PDN dengan permintaan tebusan USD 8 juta atau Rp 131 miliar.