Sajak Duka tentang Lion Air JT-610 Bukan Karya Sri Mulyani

31 Oktober 2018 15:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana haru keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 di RS Polri, Kramat Jati, Selasa (30/10/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana haru keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 di RS Polri, Kramat Jati, Selasa (30/10/2018). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebuah sajak tentang jatuhnya Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang, Senin (29/10) beredar di media sosial dan grup Whatsapp. Puisi itu disebut-sebut sebagai karya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
ADVERTISEMENT
Namun, sajak itu ternyata bukanlah milik Sri Mulyani. Namun, karya Jayaning Hartami.
Dalam akun Facebooknya, Jayaning menjelaskan, tulisan tentang insiden Lion Air JT-610 itu merupakan buatan dia. Bukan karya nama-nama lain seperti Sri Mulyani.
"Kasian atuhlah kalo beliau disamain sama remah-remah momogi macem saya," tulisnya di akun Facebook pribadinya, Rabu (31/10).
Dia menyebut, biasanya tiap tulisan yang dia buat selalu disertakan watermark dengan mencantumkan nama di akhir tulisan. Namun, kali ini baru menambahkan watermark setelah tulisan itu di-share hingga 7.000 kali.
"Saya sungguh merasa enggak ahsan harus ribut-ribut membahas tentang ini di tengah situasi duka. Tapi sedih juga ya ternyata saat ada yang mengira bahwa saya yang meng-copas (copy-paste), alih alih saya yang di-copas," tulisnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti menyebut, banyak yang menanyakan seputar sajak tersebut ke dia.
"setelah saya konfirmasi, beliau menyatakan tidak membuat tulisan tersebut," tulis Nufransa dalam aku Facebook pribadinya, Rabu (31/10).
Dia pun menyebut, jika sajak yang mengharukan itu merupakan karya Jayaning Hartami.
Berikut isi tulisan Jayaning Hartami tersebut.
Pada kamu yang malam tadi berdebat dengan istri. Merasa lelah mendengar keluhannya yang tak henti. Membawa kesal itu dalam tidurmu, sehingga emosi belum reda pagi ini
Berpelukanlah sebelum pamit berangkat kerja nanti.
Karena bisa jadi,
Inilah waktumu melihatnya terakhir kali
Pada kamu yang akhir-akhir ini merasa hidup berat sekali. Kelelahan mengurus rumah sendiri, tumpuk setrikaan tanpa henti, kepusingan mengatur tagihan yang datang bertubi. Lalu diam diam, kau rutuki karir suamimu yang tidak juga naik posisi
ADVERTISEMENT
Sambutlah ia ketika pulang nanti
Katakan betapa bersyukurnya memiliki suami yang senantiasa bekerja keras dan menjaga kehalalan gaji. Ucapkan terimakasih dengan tulus hati
Kau tidak pernah tahu,
Bisa jadi untuk melakukannya esok, kau tak lagi punya waktu..
Pada kamu yang hari ini merasa pusing mendengar berisiknya anak di rumah. Padahal sepulang dari kantor mata rasanya hanya ingin terpejam dan badan butuh rebah. Lalu diam diam, kau simpan itu menjadi emosi marah..
Tersenyumlah lebar buat mereka hari ini.
Saat hendak pergi, dan saat nanti pulang kembali.
Luangkan waktu untuk menatap wajah mungil itu yang bercerita riang tentang hari harinya padamu. Dengarkan intonasi suaranya. Rekam baik baik binar mata dan ekspresi mereka.
ADVERTISEMENT
Karena sungguh bukan sebuah ketidakmungkinan,
Besok lusa tak ada lagi kesempatan..
Kebersamaan menahun seringkali membuat kita lebih mudah mendeteksi kekurangan, daripada menemukan kebaikan.
Lebih lancar memberi kritik, daripada memberi apresiasi.
Lebih cenderung mengeluh. Dan lupa mensyukuri satu sama lain.
Padahal kita tidak pernah tahu kapan kebersamaan ini akan berhenti. Bisa jadi hari ini. Bisa jadi besok. Bisa jadi sebentar lagi.
Hargai setiap momen yang kita punya saat ini.
Minta maaf selagi bisa.
Berterimakasih selagi masih ada waktu.
Bercanda, berbincang, tertawa..., selagi kesempatan masih ada.
Berpelukanlah.
Selagi hangat tubuhnya masih bisa dirasa.
Deep condolence untuk seluruh awak dan penumpang Lion Air JT610..
Yang diantaranya ada seorang Ayah, yang pagi kemarin baru saja pamit bekerja setelah menghabiskan weekendnya untuk mengunjungi anak istri yang tinggal di Jakarta. Melepas rindu setelah sepekan tak bertemu.
ADVERTISEMENT
Ada juga seorang Ibu yang semalam masih bercanda dengan putri kesayangannya. Menemaninya tidur. Lalu paginya berangkat untuk dinas luar kota. Bekerja. Menjemput pahala.
Dan ada pula seorang lelaki yang baru menikah dua hari. Kemarin pagi mengecup istrinya di bandara. Mesra. Sembari meminta doa. Sebelum terbang mencari nafkah pertamanya.
Kita betul betul gak pernah tau.
Bisa jadi salam yang kita berikan hari ini, adalah salam terakhir buat orang orang tercinta.
Lakukanlah selagi bisa...