Saksi Agama: Surat Al-Maidah Ayat 51 Bukan Soal Pilih Pemimpin

Sidang Ahok ke-16 (Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA)

Ahli agama, Sahiron Syamsuddin dari UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, berpendapat bahwa kata 'aulia' pada surat Al-Maidah ayat 51 bukan diartikan sebagai pemimpin. Pendapat itu diutarakannya dalam persidangan ke 16 kasus dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, Rabu (29/3).

Sahiro mengatakan penafsiran Al-Maidah ayat 51 harus dilihat dari segi bahasa dan histori. Secara bahasa, dosen Tafsir Alquran ini mengartikan 'aulia' sebagai teman setia.

Sedangkan secara histori, surat Al-Maidah ayat 51 diturunkan tidak dalam waktu memilih pemimpin. Akan tetapi saat itu sedang terjadi pengkhiatan dari kaum yahudi dan nasrani saat terjadi peperangan. Ayat itu memperingatkan kepada umat muslim agar tidak menjadikan pengkhianat sebagai teman setia. 

Baca juga: Pengacara Ahok: Enam Ahli Cukup untuk Patahkan Dakwaan Jaksa

"Bukan keseluruhan yahudi dan nasrani, tapi yahudi yang itu nasrani yang itu, yang pernah berkhianat," ujar Sahiron yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Syuriah PW NU Yogyakarta ini. 

Ia juga berpendapat jika ayat tersebut bukan membahas perbedaan agama. Akan tetapi membahas pengkhianatan dan permusuhan yang terjadi antara muslim dengan yahudi dan nasrani yang terjadi pada masa itu. 

Sedangkan terkait pidato yang menjadikan Ahok sebagai tersangka, menurut Sahiron bukan bermaksud untuk menghina. Perkataan Ahok kala itu diartikannya sebagai sindiran kepada para politisi yang memanfaatkan surat Al-Maidah dalam kepentingan tertentu. 

"Nah menurut pemahaman saya, pak Ahok itu meskipun bukan inti dari konteks keseluruhan ingin mengkritik para politisi yang menggunakan ayat ini (Al-Maidah)," kata dia.