Saksi Mata Jatuhnya Pesawat Yeti Airlines: Saya Dengar Ledakan Seperti Bom

16 Januari 2023 17:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melihat tim penyelamat mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Pokhara, Nepal, Minggu (15/1/2023).  Foto: Bijay Neupane/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga melihat tim penyelamat mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Pokhara, Nepal, Minggu (15/1/2023). Foto: Bijay Neupane/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Saksi mata jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Pokhara, Nepal, pada Minggu (15/1) mengaku mendengar suara ledakan besar. Kemungkinan besar seluruh penumpang dan kru pesawat tersebut kehilangan nyawa.
ADVERTISEMENT
Salah satu saksi mata yang menceritakan detik-detik pesawat berjenis ATR tersebut jatuh adalah warga sekitar bernama Arun Tamu. Pria 44 tahun itu berada 500 meter dari lokasi jatuhnya pesawat di jurang dekat kota Pokhara.
"Saya sedang berjalan ketika saya mendengar ledakan besar seperti bom meledak," kata Tamu seperti dikutip dari AFP.
Tim penyelamat mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Pokhara, Nepal, Minggu (15/1/2023). Foto: Bijay Neupane/via REUTERS
"Beberapa dari kami bergegas untuk melihat apakah ada yang bisa diselamatkan. Saya melihat dua orang masih bernapas. Api sangat besar dan membuat kami sangat sulit mendekat," sambung dia.
Saat insiden pesawat Yeti Airlines mengangkut 72 kru dan penumpang. Mayoritas berasal dari Nepal dan beberapa negara lainnya termasuk India hingga Korsel.
Pesawat tersebut berangkat dari ibu kota Nepal Kathmandu menuju sebuah bandara baru di kota Pokhara.
ADVERTISEMENT
Kini, tim evakuasi sudah mengevakuasi 68 dari 72 penumpang dan kru Yeti Airlines. Seorang pejabat Nepal mengatakan kemungkinan besar semua penumpang pesawat meninggal dunia.
Otoritas di Nepal sudah memulai investigasi demi mengetahui penyebab kecelakaan pesawat. Meski demikian Nepal dikenal sebagai negara dengan tingkat keamanan penerbangan rendah.
Kerap terjadinya kecelakaan udara disebabkan buruknya standar keselamatan, termasuk perawatan pesawat. Uni Eropa bahkan sudah melarang seluruh maskapai Nepal terbang di wilayah udaranya.
Sulitnya medan pendaratan di Nepal turut menjadi faktor lainnya penyebab maraknya kecelakaan pesawat.