Saksi Ungkap Lihat Spanduk Berisi Provokatif di Sidang Tragedi Kanjuruhan

14 Februari 2023 21:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jaksa Penuntut Umum (JPU) hadirkan saksi korban dalam sidang kasus tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya, Selasa (31/1/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jaksa Penuntut Umum (JPU) hadirkan saksi korban dalam sidang kasus tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya, Selasa (31/1/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Manager Persebaya, Yahya Alkatiri, mengaku melihat ada suporter Aremania yang membentangkan spanduk berisi kalimat provokatif saat pertandingan Arema FC lawan Persebaya pada 1 Oktober 2022 lalu. Yahya menjadi saksi untuk tiga terdakwa, yaitu Danki 1 Brimob Polda Jatim, AKP Hasdarmawan; Kabag Ops Polres Malang, Kompol Wahyu Setyo Pranoto; dan Kasat Samapta Polres Malang, AKP Bambang Sidik Achmadi.
ADVERTISEMENT
"Waktu main ada di tribun depan saya, kalau enggak salah [tribun] timur, ada salah satu, mungkin koordinator suporter, [yang] membentangkan spanduk 'Kiamatmu di Malang'," ujar Yahya di sidang lanjutan tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (14/2).
Yahya juga mengaku melihat salah satu koordinator Aremania di pertandingan itu. Padahal, kata dia, koordinator tersebut sedang disanksi tak boleh hadir di stadion untuk menyaksikan sepak bola langsung.
"Ada korlab (koordinator lapangan) Aremania yang dihukum akibat kejadian pada 2018 (kerusuhan di Kanjuruhan), tapi dia kemarin memimpin (suporter) saat tragedi 1 Oktober," ungkapnya.
Yahya menyampaikan, pihaknya sempat mengajukan penghentian pertandingan saat suasana sudah mulai tidak kondusif. Seperti ancaman yang didapat Tim Persebaya oleh Aremania.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya sempat ngomong ke match commissioner, "Pak, kalau pertandingan seperti ini, seharusnya dihentikan'. Tapi enggak tahu [nama] orangnya," ucapnya.
Dia menyampaikan tindakan berupa lemparan dan ujaran provokatif dari Aremania itu bukan hanya merusak mental pemain Persebaya, melainkan sebuah ancaman.
"Ketika mereka nyanyi 'Enggak isok moleh (enggak bisa pulang)' dan kejadian [Tragedi Kanjuruhan] itu menjatuhkan mental lawan atau ancaman? Ini ancaman," ujar Yahya.
Pihak official Persebaya pun juga sempat akan membuat laporan ke polisi atas ancaman yang didapat. Namun mereka urungkan lantaran tragedi Kanjuruhan ini menelan banyak korban.
"[Sempat berpikir] pokoknya ini [pertandingan] selesai mau lapor ke polisi. Tapi kondisinya [kasus] crowd [ramai]. Akhirnya saya menghentikan [laporan]," tandasnya.