Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Salamun dan Celengan Kayu yang Mengantarnya ke Tanah Suci
26 Juni 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 23 Oktober 2024 23:10 WIB
ADVERTISEMENT
Labbaik allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik.
Kalimat sakral talbiyah tak henti terlantun dari bibir Salamun. Percik air dari ujung kelopak matanya menderas saat mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali.
ADVERTISEMENT
Di depan Baitullah, dalam khusyuknya, Salamun tak henti melafalkan doa dan zikir hingga tiba-tiba ia terbangun.
Ternyata semua kebahagiaan beribadah mengitari bangunan suci di tengah Masjidil Haram itu hanya mimpi semata. Salamun tertegun, menelisik isyarat dalam mimpinya.
Bagi Salamun, pergi ke Tanah Suci merupakan keinginan yang telah lama terpendam. Namun, sebagai tukang parkir di toko gerabah, Kecamatan Peterongan, Jombang, Salamun tak tahu dari mana mendapatkan uang untuk mewujudkan niat mulianya itu.
Meski rasanya mustahil, isyarat mimpi yang dialami malam itu justru memberi kekuatan batin bagi Salamun. Jika Allah SWT menghendaki, panggilan beribadah haji milik siapa saja. Bukan hanya untuk kalangan kelas atas saja, tetapi juga milik kalangan bawah. Termasuk dirinya, yang berprofesi sebagai tukang parkir. Karenanya, tanpa setitik pun keraguan, ia memantapkan niat pergi beribadah ke Tanah Suci.
ADVERTISEMENT
Ikhtiarnya dimulai dengan mendatangi tukang kayu di dekat rumahnya pada tahun 2005. “Saya minta dibuatkan celengan dari kayu,” kata Salamun saat ditemui di pemondokannya di Makkah, Rabu (8/6/2024).
Malam harinya, Salamun salat Tahajud. Sambil meniatkan berhaji ke Tanah Suci, selembar uang lima puluh ribu dia masukkan ke dalam celengan kayunya.
"Uang saya masukkan ke kotak. Saya niatkan haji," katanya.
Warga Dusun Temulawak, Desa Kebun Temu, Kecamatan Peterongan, Jombang itu, semakin giat bekerja agar celengan kayunya cepat penuh. Dia mengisi celengan sesuai pendapatan hariannya, kadang Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, kalau sedang ada rezeki lebih dia menabung Rp 50 ribu.
"Setiap hari harus ada yang masuk celengan. Paling banyak sehari dapat seratus ribu dari markir. Saya pokoknya markir ini agak nonsetop. Saya mulai markir jam sembilan pagi sampai Maghrib sudah pulang. Istirahat kalau salat saja,'' kata Salamun.
ADVERTISEMENT
Selain celengan kayu haji, dia juga memiliki celengan kayu lain khusus untuk biaya sekolah anak-anaknya yang tidak pernah dikutak-katik meskipun kala itu kondisi ekonomi sedang sulit. Terbukti lima anak Salamun kini sudah lulus kuliah.
"Alhamdulillah anak saya semua sudah jadi sarjana," katanya.
Doa dan Tahajud Tiap Malam
Ikhtiar pria berusia 64 tahun itu bukan hanya menabung. Setiap malam dia selalu salat Tahajud. Dalam Tahajudnya Salamun memanjatkan doa dan zikir agar segera dipanggil ke Tanah Suci. Doa dan zikir itu, kata Salamun, diajarkan oleh seorang ulama yang sering dia temui di toko gerabah.
"Beliau meminta setiap salat tahajud, saya wiridan dan istigfar seratus kali. Salawatnya dua ratus kali, terus mendoakan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar. Itu rutin setiap hari,'' katanya.
ADVERTISEMENT
Celengan kayu terus diisi, tahajud dan zikir juga terus dilakukan setiap malam. Hingga akhirnya pada tahun 2011, Salamun membongkar celengannya.
Dia tak menyangka, uang di celengannya itu terkumpul Rp 25 juta. Saat itu juga dia meminta anaknya untuk mendaftarkan dirinya haji. Sang anak, kata Salamun, juga tidak mengira ayahnya bisa memiliki uang sebanyak itu karena dia tak pernah bercerita kepada istri dan anaknya soal celengan hajinya.
"Ini semua karena Allah," ucapnya.
Usai mendaftar, keinginan berhaji semakin menggebu. Salamun semakin rajin menabung agar bisa membayar sisa biaya pelunasan sebesar Rp 33 juta.
"2011 Lanjut nabung untuk pelunasan. Saya nggak ambil-ambil, sudah saya niati, istiqomah," katanya.
Panggilan haji yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tahun 2024 Salamun dan istrinya bisa berangkat haji.
ADVERTISEMENT
Air mata Salamun pecah saat melihat Ka’bah dengan mata kepalanya sendiri. Sejuknya semilir angin dan cerahnya langit Makkah kala itu menambah hangatnya perasaan Salamun.
Salamun merasa bersyukur, mimpinya melihat Ka'bah yang dulunya hanya sekadar mimpi akhirnya bisa terwujud. Dia juga bisa menapak tilas perjuangan Nabi Ibrahim yang setiap malam dia doakan dalam tahajudnya.
"Saya merasa bersyukur bisa melihat Ka'bah," ucap Salamun terbata-bata sambil meneteskan air mata.
BPKH Jaga Dana Haji
Salamun hanya satu dari banyaknya jemaah-jemaah yang berjuang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit agar bisa berhaji ke Tanah Suci. Salamun mempercayakan uang hasil keringatnya sebagai tukang parkir untuk dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Melalui Perpres No.110/2017, BPKH dibentuk khusus untuk mengelola dana haji. BPKH dituntut untuk bisa menjaga dana haji para jamaah haji tetap aman, agar jemaah seperti Salamun yang harus menunggu dan mengantre dipastikan bisa berangkat ke Tanah Suci.
Dikutip dari situs resminya, BPKH bertujuan menjalankan dua tugas sekaligus. Pertama, menjaga dana haji yang menyentuh angka Rp 166,74 triliun pada Desember 2023. Angka sebesar itu teramatlah sayang jika dibiarkan begitu saja, maka muncullah tugas kedua, yakni mengembangkan nilai manfaat dari jumlah tersebut dengan terlibat langsung dalam ekosistem ekonomi halal.
ADVERTISEMENT
Dari sisi nilai manfaat, BPKH telah membukukan nilai manfaat sebesar Rp 10,93 triliun di tahun 2023. Nilai tersebut telah melampaui nilai manfaat yang di tahun 2022 yaitu sebesar Rp 10,13 triliun dengan capaian 7,90%. Nilai manfaat ini akan digunakan dalam mendukung penyelenggaraan ibadah haji dan distribusi virtual account untuk jemaah tunggu.
Kepala Badan Pelaksana BPKH, Fadlul Imansyah mengatakan BPKH terus berupaya meningkatkan kualitas tata kelola dan akuntabilitas keuangan haji, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi para calon jemaah haji Indonesia.
Sebagai bagian dari tugasnya, BPKH juga berwenang menempatkan dan menginvestasikan dana dengan mematuhi prinsip syariah dan kehati-hatian serta berdasarkan asas akuntabel, transparan, nirlaba, dan manfaat.
“BPKH memainkan peran sentral dalam memastikan keberhasilan pelaksanaan ibadah haji bagi jutaan umat Muslim Indonesia. Karena itu, BPKH menyadari bahwa keberhasilan pengelolaan dana haji tak hanya bergantung pada kebijakan dan prosedur yang baik. Tapi juga mengedepankan integritas dan transparansi serta tindakan pencegahan yang efektif terhadap korupsi, menjadi faktor kunci untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut,” ujarnya.
ADVERTISEMENT