Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bakal membuat tim lima atau semacam panitia khusus (Pansus) tentang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Apa tujuannya?
ADVERTISEMENT
Ternyata, dibentuknya tim lima ini merupakan upaya dari PBNU untuk meluruskan sejarah. Mereka ingin sekaligus mengembalikan PKB ke pemilik sahnya, yakni PBNU.
Awal Mula
Sekretaris Jenderal PBNU Gus Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan saat ini, elite PKB dinilai banyak membuat pernyataan yang melenceng dari fatsun awal berdirinya PKB. Bahkan ada upaya yang nyata dan sistematis yang dilakukan elite PKB untuk menjauhkan PKB dari struktural NU.
“PBNU sedang berdiskusi. Jika diperlukan, pembentukan tim lima akan segera dilakukan. Langkah ini setelah melihat pernyataan elite-elite PKB yang ahistoris. Ada tanda-tanda mereka akan membawa lari dari sejarah berdirinya PKB,” kata Gus Ipul dalam rilis yang diterima kumparan, Jumat (26/7).
Menurutnya, PKB didirikan oleh struktur NU dalam hal ini PBNU hingga ke cabang, MWC dan ranting NU. Sehingga tanpa struktur NU, PKB tidak akan pernah terbentuk.
ADVERTISEMENT
PKB Tak Dengarkan NU?
Gus Ipul lantas mencontohkan beberapa pernyataan elite-elite PKB yang menganggap bahwa PBNU tidak perlu didengarkan. Padahal tanpa mendengarkan PBNU, lanjut dia, PKB terbukti gagal dalam proses pemilihan Presiden beberapa waktu lalu.
Tim lima yang akan dibentuk ini, kata Gus Ipul, akan menyerupai tim lima yang pada awal reformasi dulu pernah dibentuk PBNU untuk mendirikan PKB. Tim akan segera dibentuk jika mendapatkan persetujuan dari Rais Aam KH Miftachul Ahyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
“Kita akan undang bergabung seluruh tokoh, para aktivis NU untuk dimintai pendapatnya terkait hal ini,” kata Gus Ipul.
Respons Cak Imin
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) pun telah merespons isu ini. Ia mengatakan sejak awal PKB dibentuk bukan hanya untuk Nahdlatul Ulama (NU), tapi untuk seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Jadi bukan untuk NU pribadi, tapi seluruh bangsa Indonesia, tapi untuk berkibarnya merah putih bagi kejayaan Indonesia," kata Cak Imin saat memberikan penyuluhan di Sekolah Pemimpin Perubahan di Berastagi, Karo, Jumat (26/7).
Itulah mengapa PKB walaupun memiliki ideologi dan lekat dengan NU tidak membatasi anggotanya hanya beragama Islam saja.
Hal ini juga tercerminkan dalam hasil Pileg 2024, PKB berhasil melebarkan basis dukungannya hingga ke Jawa Barat dan Sumatera dengan total 5 kursi di parlemen.
Perolehan ini lebih banyak dari jumlah perolehan di Jawa Timur yang merupakan basis konstituen PKB. Di Jatim PKB hanya mendulang 3 kursi.
“Ini membuktikan PKB untuk seluruh rakyat Indonesia. Karena itu mari kita niatkan setiap kelelahan yang kita abdikan, setiap waktu yang akan kita habiskan semuanya benar-benar untuk kepentingan rakyat Indonesia. Dengan niat yang tulus karena merah putih kita tidak terbang karena dipuja, tidak tumbang karena dihina," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sentilan di Harlah PKB
Sebelum Pansus itu dibentuk, KH Imam Jazuli sebagai pimpinan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon mengungkap pesan penting soal hubungan PKB dan NU.
Ia mengatakan, PKB dan NU sama-sama datang dari kalangan santri, namun dirinya heran, bahwa keduanya malah tidak akur.
“PKB dan NU harusnya bersama-sama, tapi malah kadang menjengkelkan,” ujar Imam.
Kendati demikian, menurutnya hal itu tidak apa-apa, karena PKB hanya perlu memelihara hubungan dengan masyarakat kultural NU.
“Struktural bisa dibuat oleh siapa saja, yang terpenting adalah bagaimana kultural NU tetap bersama-sama untuk memastikan kemenangan politik Ahlu Sunnah Wal Jamaah,” sambung dia.
Imam Jazuli juga menyindir seseorang. Tak disebutkan siapa dia.
“Makanya saya heran, ada orang ngaku Ahlusunnah Wal Jamaah, tapi kerjanya cawe-cawe ngerepoti PKB,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, seseorang yang dimaksud seharusnya mengurus dan membantu PKB. “Paling tidak, kalau tidak bisa membantu, ya jangan ganjel-ganjel PKB gitu,” tutupnya.