Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Saling Tuduh Distribusi Bantuan Kemanusiaan Gaza, Salah Militer Israel atau PBB?
22 Juni 2024 16:46 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ratusan paket makanan, mulai dari bungkus nasi hingga buah pisang, terbengkalai di perbatasan Israel-Gaza. Padahal, letaknya hanya beberapa kilometer dari warga Palestina yang kelaparan.
ADVERTISEMENT
Militer Israel dan kelompok bantuan, termasuk PBB, saling tuduh atas penyaluran bantuan tersebut.
Dikutip dari BBC, meskipun selama seminggu terakhir militer Israel menghentikan pertempuran di siang hari untuk mengizinkan paket bantuan masuk, badan-badan kemanusiaan mengatakan pihaknya masih berjuang untuk menerima bantuan di Gaza selatan.
Menurut kelompok-kelompok itu, meningkatnya pelanggaran hukum membuat pengambilan dan pemindahan barang menjadi terlalu berbahaya.
“Penjarahan sudah sangat parah,” kata kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) di Gaza, Georgios Petropoulos, seperti dikutip dari BBC.
Dia memperkirakan, tiga perempat barang di truk yang masuk dari penyeberangan pada Selasa (18/6) lalu adalah hasil curian.
Kekosongan Kekuasaan di Gaza
Para pejabat PBB mengatakan kendaraan-kendaraan itu diserang dan dihentikan oleh geng-geng bersenjata, khususnya mereka yang menyelundupkan rokok. Lalu mereka menjualnya di pasar gelap Gaza dengan harga selangit.
ADVERTISEMENT
Truk-truk yang membawa bahan bakar ke Gaza juga baru-baru ini menjadi sasaran.
Ketika serangan militer Israel telah menggulingkan pemerintahan Hamas di Gaza, belum ada rencana bagaimana mengisi kekosongan kekuasaan.
Hanya ada sedikit petugas polisi yang masih bekerja di wilayah Palestina. Tidak jelas apakah kartel kejahatan terorganisir berafiliasi dengan Hamas atau Gaza.
“Keputusan penting sekarang harus diambil mengenai apa yang akan kita lakukan untuk ketertiban sipil di Gaza dan siapa yang akan mengurus hal tersebut,” kata kepala OCHA, Petropoulo.
Militer Israel Klaim Tak Batasi Jumlah Bantuan ke Gaza
Dikutip dari BBC, dalam tur media di Kerem Shalom, badan militer Israel yang bertanggung jawab mengoperasikan penyeberangan, Cogat, mengatakan kepada wartawan bahwa mereka tidak membatasi jumlah bantuan yang bisa masuk ke Gaza.
ADVERTISEMENT
“Kami diperlihatkan tumpukan bantuan yang berjumlah lebih dari 1.000 truk dan telah menjalani pemeriksaan keamanan, menunggu pengambilan dari wilayah Gaza,” kata juru bicara Cogat, Shimon Freedman.
“Hal ini sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa organisasi internasional belum mengambil langkah yang cukup untuk meningkatkan kapasitas distribusi mereka,” tambahnya.
Dia menuduh PBB – pemasok utama bantuan di Gaza – tidak memiliki truk yang cukup, serta perlu meningkatkan tenaga kerja, memperpanjang jam kerja, meningkatkan penyimpanan, dan mengambil langkah logistik dan organisasional lainnya.
Selama perang, Israel telah meningkatkan kritiknya terhadap lembaga-lembaga bantuan karena Mahkamah Internasional telah dua kali mengeluarkan tindakan sementara yang memerintahkan mereka untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Hal ini terjadi sebagai akibat kasus Afrika Selatan yang menuduh Israel melanggar Konvensi Genosida 1948, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Israel.
ADVERTISEMENT
Kelompok Bantuan Mengaku Sulit Beroperasi
PBB dan kelompok-kelompok bantuan membantah klaim bahwa mereka kekurangan staf dan mengaku kesulitan beroperasi di zona perang aktif. Mereka mengatakan pemboman Israel telah merusak infrastruktur dan mengurangi kapasitasnya.
“Kami telah merekrut sejumlah staf baru dan ratusan relawan untuk mendistribusikan bantuan. Kita telah mengirimkan 28 juta makanan dan enam juta perawatan medis-jadi [jelas] kita bisa mengumpulkan tenaga kerja,” kata Presiden American Near East Refugee Aid (Anera), Sean Carroll, kepada BBC.
Namun, ia mengatakan peningkatan jumlah pekerja tidak akan membantu selama serangan tetap berlangsung dan membuat pengambilan barang menjadi terlalu berbahaya.
Anera menyambut baik komitmen yang dibuat Cogat untuk mengizinkan lebih banyak truk diimpor ke Gaza minggu ini.
Namun, Carroll mengatakan masalah yang masih ada adalah kesewenang-wenangan aturan dan prosedur yang terus berubah terkait perpindahan barang.
ADVERTISEMENT
Menurut angka PBB, pada Mei, rata-rata harian 97 truk bantuan memasuki Gaza – turun 42 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dalam dua minggu pertama Juni, jumlahnya kembali turun menjadi 89 truk.
Penjarahan Truk Bantuan Kemanusiaan
Di dekat Khan Younis, warga Gaza mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada bantuan internasional yang menjangkau mereka.
“Saat kami di Rafah, dari waktu ke waktu, kami melihat bantuan. Sejak kami datang ke sini, 20 hari lalu, kami belum melihat apa pun,” kata seorang warga, Mahmoud al-Biss. Ia juga mengaku kesulitan memberi makan kedua anaknya.
Penduduk setempat menggambarkan situasi 'lingkaran setan' ketika meningkatnya keputusasaan memaksa orang menjarah truk bantuan yang datang.
Beberapa barang sumbangan, termasuk minyak bunga matahari dan gula, malah dijual di kios-kios pasar.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, negara menjadi kacau, kami tidak lagi menerima kupon bantuan dan ketika bantuan datang, kami mencurinya,” kata seorang pria bernama Hassan, seperti dikutip dari BBC.
Dalam upaya untuk menutupi kekurangan barang, pemerintah Israel mulai mengizinkan lebih banyak pembeli swasta di Gaza untuk membawa pasokan dari Israel dan Tepi Barat.
Berbeda dengan konvoi PBB, truk-truk ini menggunakan pengawalan bersenjata yang dikontrak secara pribadi sehingga memungkinkan mereka untuk menghalau serangan. Namun, banyak barang yang mereka bawa tidak terjangkau oleh sebagian besar warga Gaza.
Israel telah membuka tiga penyeberangan lain ke Gaza, semuanya memberikan bantuan ke bagian utara jalur tersebut.
Pengiriman via udara internasional sebagian besar telah terhenti, namun koridor maritim dari Siprus mulai beroperasi kembali pada Kamis (20/6).
ADVERTISEMENT