Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Sama Seperti RI, Arab Saudi Amati Hilal Idul Fitri pada Sabtu, 29 Maret 2025
28 Maret 2025 5:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Sama seperti Indonesia, Arab Saudi akan mengamati datangnya hilal (bulan sabit baru) untuk menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1446 H pada Sabtu, 29 Maret 2025.
ADVERTISEMENT
Dalam pengumuman pada hari Kamis (27/3), Mahkamah Agung Saudi mengimbau umat Islam yang melihat bulan sabit dengan mata telanjang atau melalui teropong untuk melapor ke pengadilan terdekat dan mendaftarkan kesaksian mereka.
Mengutip Arab News, pengumuman tersebut berbunyi:
“Mahkamah Agung mengimbau semua umat Islam di seluruh Kerajaan Arab Saudi untuk melihat bulan sabit Syawal pada Sabtu petang. Mahkamah Agung meminta siapa pun yang melihatnya dengan mata telanjang atau melalui teropong untuk melapor ke pengadilan terdekat dan mendaftarkan kesaksian mereka, atau menghubungi pusat (pemerintahan) terdekat untuk mendapatkan bantuan dalam mencapai pengadilan terdekat.”
“Mahkamah Agung berharap mereka yang dapat melihatnya akan memperhatikan masalah ini (pengamatan hilal) dan bergabung dengan komite (kepanitiaan) yang dibentuk di semua wilayah untuk tujuan ini, dengan harapan mendapatkan pahala atas partisipasi mereka, karena hal itu mendorong kerja sama dalam kebenaran dan ketakwaan serta memberi manfaat bagi semua umat Islam.”
ADVERTISEMENT
Satu bulan dalam kalender Islam (Hijriah) berisi 29 atau 30 hari. Jika pada Sabtu besok hilal terlihat, maka Idul Fitri 1 Syawal akan jatuh pada Minggu (30/3). Namun jika hilal tak terlihat, maka bulan Ramadan akan digenapkan 30 hari sehingga 1 Syawal jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Menurut Hisab, Hilal Tak Terlihat pada Sabtu
Sama dengan Arab Saudi, Indonesia juga akan mengadakan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal) pada pada Sabtu (29/3) petang. Pengamatan dilakukan dalam sidang isbat di gedung Kemenag RI di Jakarta.
Meskipun pemerintah Indonesia dan Arab Saudi memakai metode yang sama (rukyatul hilal), tapi hasilnya akan disesuaikan dengan visibilitas hilal di masing-masing wilayah.
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Abu Rokhmad menekankan bahwa rukyatul hilal pada 29 Maret 2025 yang bertepatan dengan 29 Ramadan 1446 H bukan sekadar aktivitas seremonial. Ini adalah bukti kecintaan pada ilmu pengetahuan astronomi dan dedikasi dalam membuktikan akurasi hisab.
ADVERTISEMENT
"Ini bukan cuma soal melihat hilal, ini soal pembuktian. Kita ingin pastikan, hitungan hisab yang akurat hingga ke detik benar-benar sesuai dengan kenyataan. Di sini letak keindahannya, karena pergerakan benda langit itu dinamis," ujar Abu Rokhmad dikutip dari situs Kemenag RI, Jumat (28/3).
Abu Rokhmad menambahkan, meskipun hisab [perhitungan astronomis] menunjukkan hilal pada 29 Ramadan masih di bawah ufuk, proses rukyat tetap penting. Ini bukan soal repot atau tidak, melainkan wujud cinta pada ilmu astronomi dan bagian dari sunah Rasulullah SAW.
"Ada yang bertanya, kenapa harus repot-repot kalau sudah jelas hasilnya? Justru di sini letak tantangannya. Ini bukan soal hasil semata, tapi soal proses, soal pembuktian ilmiah, dan soal syiar Islam," lanjutnya.
Sementara itu, PP Muhammadiyah yang memakai metode perhitungan astronomis Hisab Hakiki Wujudul Hilal untuk menentukan awal bulan Hijriah telah menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret.
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Nasaruddin Umar jauh-jauh hari juga mengatakan ada kemungkinan tidak ada perbedaan dalam Lebaran 2025, seperti halnya saat awal puasa 1 Ramadan yang jatuh 1 Maret lalu.