LIPSUS SQR - Masjid Gede Kauman tutup sementara, Yogyakarta

Sambatan Jogja, Jejaring Kemanusiaan di Masa Corona

28 Maret 2020 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas di depan spanduk penutupan jalan masuk Desa Bogem, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Senin (30/3).  Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas di depan spanduk penutupan jalan masuk Desa Bogem, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Senin (30/3). Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
ADVERTISEMENT
Rimawan Pradiptyo memutar otak. Bak jarum dinding yang terus berdetak, ia tak hendak berhenti bergerak. Terperangkap di masa pandemi tak membuatnya berdiam diri.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan WhatsApp group, Rimawan berjejaring. Ia menghimpun upaya untuk membantu masyarakat rentan di Yogya yang lebih berisiko terhadap coronavirus COVID-19—wabah dunia saat ini.
“Kondisi saat ini semakin tidak baik, karena di negara-negara lain sudah kita lihat penyebarannya secepat itu. Yang jadi concern saya, kapasitas kesehatan kita pasti akan bermasalah karena kita di negara berkembang. Pertanyaannya adalah: apakah kemudian kita hanya menunggu saja? Nunggu pemerintah bantu gitu aja?” kata dia.
Maka, lewat grup WA bernama Sambatan Jogja, Rimawan dan kawan-kawannya membentuk medium untuk berkoordinasi dan bersinergi. Mereka mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan pertolongan (demand) dengan yang ingin menyalurkan bantuan (supply).
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis IGM itu melihat, banyak sekali orang-orang yang ingin membantu sesama di masa sulit seperti ini. Sayangnya, tak semua bantuan disalurkan tepat sasaran, pun tak semua orang yang butuh bantuan dapat langsung ditolong.
Baju hazmat yang dibuat oleh penjahit difabel. Foto: Dok. Sonjo Sambatan Jogja
Nama “Sambatan Jogja” dirasa pas dengan tujuan Rimawan dkk. “Sambatan” dalam bahasa Jawa berarti “goyong royong”. Sementara akronimnya, “Sonjo”, punya arti “silaturahmi”.
ADVERTISEMENT
Seperti maknanya, Sonjo berupaya merangkul berbagai elemen di Yogya untuk bersama-sama menghadapi masa krisis dengan saling tolong-menolong.
“Ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan penggalangan dana. Kami hanya memberikan portal di mana orang berkumpul untuk kemudian mendiskusikan ‘Eh, aku punya ini, bisa buat bantu ini,’” kata Rimawan saat berbincang dengan kumparan.
Suasana kompleks Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 30 Maret. Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Sonjo membuka keanggotaan di grup WA untuk siapa saja. Informasi disampaikan dari mulut ke mulut, atau istilah jawanya getok tular. Tak heran anggotanya beragam, mulai dari akademisi, pengusaha, LSM, UMKM, kelompok masyarakat, lembaga amil zakat, BUMD, sampai BUMN.
Diskusi dalam grup WA Sonjo berlangsung sepanjang hari. Berbagai tawaran bantuan dan laporan dari pihak yang butuh bantuan ditampung jadi satu. Antar-anggota kemudian bersama-sama mengelompokkan segala kebutuhan yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Setiap malam akan dilihat apa saja yang dibutuhkan. Semuanya dijadikan satu dalam database kami di Google Sheets untuk mengidentifikasi demand dan supply yang masuk,” ujar Rimawan.
Rimawan Pradiptyo inisiator Sonjo (sambatan jogja). Foto: Dok. Rimawan Pradiptyo
Saat ini, Sonjo akan menggelontorkan sejumlah bantuan untuk tenaga medis, di antaranya alat pelindung diri (APD) seperti masker dan baju hazmat, juga hand sanitizer.
Sonjo juga berniat menyediakan hand sanitizer di tempat-tempat umum, disinfektan di rumah-rumah ibadah, hingga bantuan logistik dan paket sembako untuk masyarakat rentan, keluarga korban wabah corona, hingga kaum duafa yang terdampak WFH.
“Di masa sulit seperti ini, bisa work from home adalah luxury. Kita masih bisa akses internet, ngobrol di WhatsApp Group. Lantas, kenapa tidak bergerak?”
Kawan-kawan semua, mari.
***
ADVERTISEMENT
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk membantu mencegah penyebaran coronavirus COVID-19. Yuk, bantu donasi sekarang!
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten