Sampah Sachet dari 5 Perusahaan Ini Paling Banyak Cemari Perairan Jakarta

19 Juni 2022 23:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi menolak sampah sachet di peraian Jakarta. Foto: Tim Brand Audit
zoom-in-whitePerbesar
Aksi menolak sampah sachet di peraian Jakarta. Foto: Tim Brand Audit
ADVERTISEMENT
Beberapa lembaga melakukan brand audit di perairan Jakarta pada sejak 12 hingga 19 Juni 2022. Hasilnya, kemasan sachet dari PT Unilever mendominasi cemaran sampah sachet di perairan Jakarta disusul degan Indofood, Wings, Santos Jaya dan Mayora.
ADVERTISEMENT
Brand audit di Kepulauan Seribu di Kawasan Pulau Rambut dilakukan oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Sedangkan di Muara Angke, Muara Baru dan Muara Kali Adem dilakukan oleh River Warrior.
Sampel sampah sachet yang diambil di tiap lokasi minimal 500 lembar sampah yang mengapung di badan air, terjerat di ranting atau batang pohon atau di pantai dan terpendam di bantaran tepi sungai.
“Untuk mengambil sampah yang terapung di badan air kami harus menggunakan perahu dan jaring untuk menangkap sampah terapung, cara lain yang kami lakukan adalah memvideo sampah-sampah yang mengapung," kata Aeshnina Azzahra Aqilani selaku Koordinator River Warrior.
Aksi menolak sampah sachet di peraian Jakarta. Foto: Tim Brand Audit
Ia menjelaskan, kegiatan brand audit dilakukan untuk mengetahui produsen yang paling banyak menimbulkan pencemaran di perairan Jakarta.
ADVERTISEMENT
GIDKP menemukan bahwa sampah sachet Indofood paling banyak ditemukan di Pulau Rambut.
”Jenis sampah Indomie paling banyak ditemukan sepanjang kegiatan clean up Pulau Rambut yang kami lakukan Minggu 12 Juni 2022,” kata Rahyang Nusantara.
Sampah sachet di Pulau Rambut sebagian besar berasal dari saluran-saluran air atau sungai dari daratan Jakarta. Kegiatan Brand Audit lainnya dilakukan di Muara Kali Adem hingga muara Kali Angke pada Selasa 14 Juni. Hasilnya, ditemukan banyaknya sampah sachet dari produk Unilever.
”Sampah sachet Unilever banyak ditemukan mengapung di Kali Adem, Muara Angke hingga di Pulau G, bahkan ditemukan banyak nyangkut di dahan dan akar-akar mangrove," kata Alaika Rahmatullah yang mengikuti kegiatan brand audit.
Dengan menggunakan perahu mesin, tim brand audit menyusuri Kali Adem, Muara Angke hingga Pulau G pada Selasa 14 Juni 2022 dengan melibatkan 10 relawan River Warrior.
ADVERTISEMENT
Mereka menemukan bahwa sampah plastik yang tersangkut di pohon mangrove bisa menjadi ancaman serius karena banyak satwa monyet ekor panjang, burung air dan biawak yang berpotensi mengkonsumsi plastik packaging makanan.
Pada minggu 19 Juni 2022, tim ekspedisi Sungai Nusantara melakukan kegiatan brand audit di Muara Baru. Sedangkan kegiatan brand audit di Ciliwung Condet diikuti Komunitas Peduli Ciliwung Condet, Ciliwung Institut dan Ecoton.
Mereka menemukan lebih dari 1.000 batang pohon terlilit sampah plastik.
"Sampah sachet Unilever banyak ditemukan tersangkut di dahan pohon loah, terpendam di bantaran dan terapung di sungai," kata Prigi Arisandi.
Aksi menolak sampah sachet di peraian Jakarta. Foto: Tim Brand Audit

Komunikasi Pemprov DKI Jakarta dan Ecoton

Ecoton melayangkan surat somasi kepada Presiden Jokowi, Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Jawa Barat sebagai pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan Ciliwung dan muara-muara sungainya.
ADVERTISEMENT
Surat belum dijawab secara resmi. Namun sudah ada komunikasi aktif antara Ecoton dan Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta.
”Menurut sumber di Pemprov DKI saat ini sedang disiapkan jawaban untuk merespons Somasi Ecoton,” kata Kholid Basyaiban yang merupakan pengacara lingkungan Ecoton.
“Respons positif Pemprov merupakan harapan bagi kami untuk pemulihan Ciliwung namun kami juga mendesak produsen untuk ikut bertanggung jawab karena dalam Undang-undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008 mengatur bahwa produsen wajib bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan produsen jika sampah tidak bisa di olah secara proses alami," kata Daru Setyorini selaku peneliti Ecoton.
"Sehingga produsen yang diketahui sampah sachetnya masih banyak ditemukan di perairan Jakarta seperti Unilever, Wings, Indofood, Mayora dan Santos Jaya harus ikut membersihkan dan mengelolanya," tambah dia.
Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membersihkan sampah yang tersangkut di aliran Kanal Banjir Barat Ciliwung, Jakarta, Rabu (8/1/2020). Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Daru menjelaskan, sebagai solusi jangka panjang, produsen harus menghentikan produksi kemasan sachet karena masuk kategori sampah residu yang tidak bisa didaur ulang.
ADVERTISEMENT
“Sachet termasuk packaging multilayer, ada empat lapisan plastik dalam satu sachet seperti alumunium foil, polimer EVOH, PP dan plastik laminasi padahal dalam proses daur ulang plastik harus diolah berdasarkan jenis polimernya," kata Daru.
"Kalau mau daur ulang sachet maka harus dipisahkan dulu berdasarkan jenis polimernya dan hal ini tidak ada pendaurulang yang melakukan maka sebagian besar sachet dibakar atau dibiarkan terapung di sungai dan di laut,” tutur dia.
Aksi menolak sampah sachet di peraian Jakarta. Foto: Tim Brand Audit
Lebih lanjut, Ecoton menyampaikan empat tuntutan terhadap masalah sampah sachet ini. Berikut daftarnya:
ADVERTISEMENT