Sanusi Akui Pernah Ditawari Fasilitas di Dalam Lapas Sukamiskin

25 Juli 2018 16:56 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohamad Sanusi, mantan Anggota DPRD DKI Jakarta, menjalani sidang perdana Peninjauan Kembali (PK) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. (Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mohamad Sanusi, mantan Anggota DPRD DKI Jakarta, menjalani sidang perdana Peninjauan Kembali (PK) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. (Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan)
ADVERTISEMENT
Terpidana kasus korupsi reklamasi dan pencucian uang, Mochamad Sanusi, mengaku pernah ditawari pemasangan televisi di selnya di Lapas Sukamiskin. Namun ia mengklaim menolak penawaran tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ditawari sih pernah, tapi buat apa. Misalnya, TV di depan kamar saya, ngapain, di koridor sel tahanan saya ada TV-nya, TV buat nonton rame rame," kata Sanusi usai sidang peninjauan kembali di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (25/7).
Kendati demikian, Sanusi enggan mengungkapkan siapa pihak yang menawarinya fasilitas tersebut. Menurut Sanusi, saat ini dia mengaku tidak memiliki fasilitas mewah di sel tahanan.
"Saya enggak pake AC, kurang suka yang dingin karena lahir di Tanjung Priok, Jakarta Utara," katanya.
Terkait adanya operasi tangkap tangan (OTT) Kalapas Sukamiskin, Sanusi mengaku kecewa. sebab OTT tersebut berimbas pada nasib sejumlah tahanan di Lapas Sukamiskin. Tak lama setelah OTT tersebut, pihak Ditjen PAS langsung melakukan penggeledahan di sana.
ADVERTISEMENT
Termasuk membongkar saung-saung yang biasanya dipakai untuk menerima para penjenguk atau hanya untuk bersantai para narapidana.
"Kami juga agak kecewa artinya kami semua jadi sengsara. Terakhir, semalam kalian dengar semua kan saung dibongkar. Coba nanti Anda datang hari Sabtu deh, bagaimana orang ketemu keluarganya itu di emperan jalan, nanti," kata Sanusi.
Menurutnya, pemerintah seperti tidak menghargai jasa pejabat negeri yang menjadi tahanan di sana. "Ada bekas ketua dewan, ketua partai, jasanya banyak, jangan disepelein itu. Tidak pernah dilihat ini negara, sepertinya tidak berterima kasih itu. Jadi seolah-olah jadi sampah, ya jadi sampah. Enggak boleh begitu," ujar Sanusi.
"Coba aja dilihat ada enggak ruang kunjungan di Sukamiskin. Enggak ada, Cuma itu satu satunya yang buat kunjungan keluarga, sekarang hancur, kami mau enggak mau ya berebutan di emperan yang kena panas. Datang deh Sabtu, biasanya ramai," sambung Sanusi.
ADVERTISEMENT
Sanusi yang sudah sejak 2017 lalu mendekam di Lapas Sukamiskin menyatakan tidak ada fasilitas mewah yang dimiliki oleh para narapidana.
"Terus anda harus perhatikan kalau ada orang bilang mewah itu kan asumsi orang mewah. Kalau dulu, pakai closet duduk tahun 1945, itu mewah. Kalau sekarang, enggak mewah," papar Sanusi.
Tersangka kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husen memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir)
zoom-in-whitePerbesar
Tersangka kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husen memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Adanya jual beli fasilitas di lapas Sukamiskin terungkap setelah KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap Kalapas Sukamiskin, Wahid Husein. Wahid Husein diduga menerima suap terkait jual beli fasilitas dalam sel serta izin keluar lapas.
Ia diduga menerima suap berupa dua buah mobil dan juga uang Rp 279.920.000 dan USD 1.410. Selain Wahid, KPK menetapkan tiga orang tersangka lainnya. Staf Wahud bernama Hendry Sahputra sebagai penerima bersama dengan Wahid, sementara narapidana korupsi Fahmi Darmawansyah, dan narapidana umum Andri Rahmat menjadi tersangka sebagai pemberi suap.
ADVERTISEMENT