Saran IDI untuk Tingkatkan Produksi Dokter Spesialis di Indonesia

13 Oktober 2022 9:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Moh. Adib khumaidi, SpOT Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Moh. Adib khumaidi, SpOT Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Perbedaan jumlah dokter spesialis yang masih jauh dibandingkan dokter umum di Indonesia membuat Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Adib Khumaidi angkat suara. Persoalan ini harus segera diselesaikan.
ADVERTISEMENT
Menurut Adib, bila Indonesia tidak bisa mencetak dokter spesialis dalam 3 tahun ke depan, maka dokter spesialis di tanah air bisa jadi digantikan oleh dokter asing.
“Ini menjadi sangat penting. Kalau kita tidak mampu mendorong produksi dokter spesialis dalam 3 tahun, maka bukan tidak mungkin ini akan menjadi suatu celah bahwa negara ini, negara yang besar ini, akan teralihkan oleh dokter asing,” ujar Adib Khumaidi saat ditemui kumparan di Gedung Dr. R. Soeharto, Jakarta Pusat, Kamis (15/9).
Hal ini, kata Adib, sangat disayangkan bila sampai terjadi. Pasalnya Indonesia punya kesempatan dan kemampuan untuk memproduksi dokter spesialis bila didukung oleh pemerintah.
“Padahal kita sebenarnya punya kesempatan untuk itu, punya kemampuan hingga sekarang. Negara kemudian men-support supaya produksi ini bisa ditingkatkan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Adib menjelaskan saat ini kesenjangan antara jumlah dokter umum dengan dokter spesialis memang cukup tinggi. Ia menyebut jumlah dokter umum berkisar 152.000 sedangkan dokter spesialis sekitar 48.000. Perbedaannya mencapai tiga kali lipat.
Guna menghadapi kesenjangan, Adib berujar produksi dokter spesialis harus semakin ditingkatkan. Salah satu percepatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah sistem pendidikan dokter spesialis yang semula University Based menjadi Hospitality Based.
“Yang bisa dilakukan upayanya adalah meningkatkan jumlah institusi pendidikan untuk membuka spesialis itu yang pertama,” ujar Adib.
“Yang kedua di negara-negara di luar negeri kita memakai model lama sekarang Hospital base. University based nggak jadi sistem. Lagi kita dorong sekarang dua model yang sejalan dengan hospitality basenya dengan kemampuan harus bisa memproduksi dokter spesialis. jadi kita harus, ini menjadi sangat penting,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Penerapan pendidikan dan pelatihan residen dilakukan berdasarkan UU Pendidikan Nasional saat ini disebut sebagai 'university based'. Pada sistem ini pendidikan residen cenderung menempatkan residen sebagai peserta didik. Pelaksanaan program pendidikan dokter spesialis di Indonesia saat ini dilakukan di RS pendidikan dan RS jejaring di bawah koordinasi fakultas kedokteran.
Pendekatan lain yang banyak diterapkan di beberapa negara adalah pendekatan 'hospital based' yaitu pendidikan dokter spesialis diserahkan pengelolaannya kepada rumah sakit dengan koordinasi dari kolegium spesialis terkait.