Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Sariati, Jemaah Asal Tuban Rela Makan Nasi Aking Demi Berhaji
1 Agustus 2018 15:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Berbagai cara yang halal dilakukan oleh sejumlah calon jemaah haji demi mewujudkan niat suci berhaji. Sariati (57), jemaah haji asal Tuban, Jawa Timur, rela makan nasi aking setiap harinya untuk mengirit biaya hidupnya dan menabung untuk naik haji.
ADVERTISEMENT
Nasi aking tersebut biasa diperoleh dari sisa nasi yang diberikan oleh tetangganya. Nasi ini lantas dikeringkan Sariati menjadi kerak dan dimasak ulang untuk dia makan.
“Iya, hitung-hitung agar bisa nabung saya hemat. Ada ibu-ibu ngasih nasi sisa untuk dijemur, jadi kerak saya masak, jadi bisa dimakan,” kata Sariati saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Rabu (1/8).
Setiap hari, janda anak satu ini berjualan sayur keliling menggunakan sepeda. Dia biasa jualan ke kantor-kantor yang ada di Kota Tuban sejak tahun 90-an.
Sariati selalu menyisihkan uang dari hasil jualan sayur dan menyimpannya di bawah tikar kasurnya. Sekitar tahun 1995, salah satu pelanggannya menyarankan Sariati untuk menabung uangnya di bank.
ADVERTISEMENT
"Siapa tahu dapat digunakan untuk daftar haji, Bu," ucap Sariati mengenang pesan pelanggan sayurnya itu.
Saat itu juga, Sariati menabung untuk pertama kali sebesar Rp 2.500 di salah satu bank di Tuban.
Keuntungan yang diperolehnya dari hasil dagangannya saat ini tidak banyak. Dengan modal 500 ribu rupiah, keuntungan yang ia dapatkan berkisar lima belas ribu hingga tiga puluh ribu rupiah per hari.
“Itu pun dagangan tidak selalu habis, masih ada sisa,” tuturnya.
Awalnya dulu tahun 2000-an, jelas Sariati, keuntungannya lumayan banyak sekitar Rp 50 ribu karena mempunyai langganan katering.
"Tapi tiga tahun ini ibunya sudah pensiun tidak buat katering lagi, jadi tidak langganan dagangan saya,” ujar Sariati.
Setiap hari, dia menabung uang seadanya sisa makan dan biaya sekolah anaknya, antara Rp 3 ribu hingga Rp 10 ribu. Ketika terkumpul uang dalam jumlah agak banyak sekitar Rp 300 ribu, Sariati lantas menabungkan uangnya ke bank.
ADVERTISEMENT
Tahun 2010, uangnya terkumpul 26 juta rupiah. Ia lantas menggunakan uang tersebut untuk mendaftar haji. Untuk menutup ONH, ia juga menggunakan hasil dari dagangannya ini.
Sariati ingin melihat dan mengunjungi rumah Allah dan menjadi haji yang mabrur. Selepas pulang haji nanti, Sariati menyatakan akan tetap berjualan sayur keliling sebagai mata pencarian utamanya.
"Ya insyaallah, sudah jadi pencaharian saya setiap hari-harinya," katanya.