Satpam Kantor Hasto Akui Minta Harun Masiku Rendam HP di Air saat OTT KPK

12 Juni 2020 2:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurhasan, petugas keamanan di kantor Hasto Kristiyanto bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (26/2).  Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nurhasan, petugas keamanan di kantor Hasto Kristiyanto bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (26/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Sidang kasus dugaan suap terhadap Wahyu Setiawan selaku Komisioner KPU kembali digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Kamis (11/6). Satpam kantor Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Nurhasan, menjadi saksi dalam sidang lanjutan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam kesaksiannya, Nurhasan mengakui pernah meminta eks caleg PDIP, Harun Masiku, merendam HP di air saat OTT KPK pada 8 Januari 2020. Namun hal itu atas perintah 2 orang 'tegap' yang menghampirinya.
Adapun pada 8 Januari, KPK menangkap Wahyu Setiawan di Bandara Soekarno-Hatta pukul 12.55 WIB dan mengamankan eks caleg PDIP dan perantara Wahyu, Agustiani Tio Fridelina, di rumah pribadinya di Depok pada 13.44 WIB.
Nurhasan kemudian bercerita kronologi kejadian tersebut saat bersaksi untuk 2 terdakwa yakni Wahyu dan Agustiani Tio.
Nurhasan mengatakan pada 8 Januari petang, ia dihampiri 2 orang yang berbadan tegap. Saat itu ia berjaga di rumah aspirasi PDIP di Jalan Sultan Syahrir yang berada dekat kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro No. 58.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya ada di pos jaga rumah aspirasi lalu didatangi oleh 2 orang tidak dikenal. Mereka menanyakan Pak Harun. Saya katakan tidak kenal, dia ngomong 'masak sih enggak kenal?', saya jawab 'emang saya enggak kenal', lalu dia minta nomor Pak Harun ya saya katakan tidak ada, kenal saja enggak masa enggak punya nomor HP-nya. Lalu saya masuk ke pos lagi eh dia ikut masuk, tiba-tiba dia ambil HP saya yang sedang 'di-charge'," kata Nurhasan saat bersaksi pada Kamis (11/6) seperti dilansir Antara.
Nurhasan, petugas keamanan di kantor Hasto Kristiyanto bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (26/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menurut Nurhasan, penampilan keduanya tinggi dan agak gemuk. Setelah mengambil HP-nya, kedua orang itu meminta Nurhasan bicara dengan seseorang di telepon tersebut dengan metode loud speaker.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak tahu siapa tapi dia menelepon lalu saya diminta ngomong, dia sampaikan 'nih kamu dengerin dulu, nanti saya tuntun bicaranya," ungkap Nurhasan menirukan pembicaraannya.
Dalam pembicaraan itu, Nurhasan diminta untuk pergi ke pom bensin dekat hotel Sofyan di Jalan Cut Meutia. Awalnya Nurhasan tidak mau pergi karena hanya ia sendiri yang berjaga di rumah aspirasi. Namun karena merasa terdesak oleh kedua orang itu, Nurhasan akhirnya pergi ke tempat yang diminta.
Masih dalam pembicaraan itu, Nurhasan mengaku didikte kedua orang itu mengenai apa yang harus ia sampaikan ke Harun. Salah satu perintah yakni meminta Harun segera merendam HP di air.
Harun Masiku. Foto: Dok. Infocaleg
"Saya hanya ikut arahan dua orang itu saja. (Saya katakan) Pak Harun disuruh 'stand by' di PP dan HP-nya langsung rendam di air," ungkap Nurhasan.
ADVERTISEMENT
Nurhasan lalu berangkat ke pom bensin tersebut menaiki motor, sedangkan dua orang tamunya mengikuti dari belakang juga dengan motor.
Setelah menunggu sekitar setengah jam di pom bensin tersebut, akhirnya ada mobil yang datang dan seseorang di bangku penumpang lalu menyerahkan tas laptop kepada Nurhasan.
"Pas dia datang, dia lalu kasih tas ke saya, wajahnya tidak terlalu terlihat karena lampunya mati, setelah 'ngasih' tas lalu langsung jalan," ucap Nurhasan.
Kedua tamu misteriusnya, menurut Nurhasan, hanya memantau dari jauh kejadian tersebut.
"Saya bingung ini dikasih apaan, ya sudah saya jalan lagi. Lalu setelah saya jalan mau balik, masih di Jalan Cut Meutia, dua orang datang ke saya, langsung ngambil saja tasnya, saya jalan dan lihat di spion mereka sudah tidak ada," kata Nurhasan menceritakan kejadian saat itu.
Tersangka mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan bersiap menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Jaksa KPK, Takdir Suhan, kemudian bertanya siapa seseorang di mobil yang memberikan tas kepada Nurhasan.
ADVERTISEMENT
"Sekarang saksi sudah tahu siapa yang kasih tas? Saya perlihatkan foto, apakah ini yang memberikan tas di malam itu?" tanya jaksa KPK Takdir Suhan sambil menunjukkan foto Harun Masiku.
"Agak-agak mirip, tapi saat itu saya tidak tahu itu siapa," kata Nurhasan.
Nurhasan juga mengaku tidak mendapat uang meski membantu penyerahan tas dari Harun Masiku ke dua orang itu. "Boro-boro uang bensin Pak, dia langsung jalan," keluh Nurhasan.
Sedangkan HP yang ia pakai untuk berkomunikasi dengan Harun Masiku, menurut Nurhasan sudah hilang.
"HP saya HP China Pak, Xiaomi, tapi sudah hilang, kalau tidak salah saat 'car free day', sampai di rumah 'lah HP enggak ada, ngebel-ngebel (dihubungi) sudah enggak aktif'," kilah Nurhasan.
ADVERTISEMENT
Nurhasan mengatakan, tidak melaporkan ke atasannya mengenai kejadian itu.
Ilustrasi Harun Masiku. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
Adapun hingga saat ini keberadaan Harun Masiku sejak ditetapkan sebagai tersangka pada 9 Januari masih misterius dan buron.
Sementara dalam kasus ini, Wahyu didakwa menerima suap senilai SGD 57.350 atau setara Rp 600 juta melalui Agustiani. Suap itu berasal dari Harun Masiku yang diberikan melalui kader PDIP, Saeful Bahri.
Wahyu turut didakwa menerima suap sebesar Rp 500 juta dari Sekretaris KPUD Papua Barat, Rosa Muhammad Thamrin Payapo. Suap itu terkait seleksi calon anggota KPUD Papua Barat 2020-2025.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.