Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sean Spicer, Juru Bicara Gedung Putih, meminta maaf karena telah mengeluarkan pernyataan yang “tidak pantas” terhadap korban Holocaust saat ia menyinggung sepak terjang Presiden Suriah Bashar al-Assad, Rabu (12/4) pagi.
ADVERTISEMENT
Dalam briefing harian Gedung Putih pagi tadi, Spicer mengutarakan protes kerasnya terhadap penggunaan senjata kimia oleh Assad. Ia mengatakan kepada para wartawan bahwa Adolf Hitler saja “tidak pernah terpikir untuk menggunakan senjata kimia”.
Maksud Spicer tentu saja adalah untuk mengatakan bahwa apa yang dilakukan Assad sangatlah kejam sampai-sampai Hitler saja tak pernah melakukannya.
Namun demikian, tampaknya Spicer lupa bahwa Hitler sendiri pernah melakukan kekejaman yang kemudian terkenal dengan tragedi Holocaust. Menggunakan ribuan camp konsentrasi yang tersebar di beberapa wilayah Jerman dan Polandia Hitler memasukkan dan membunuh 6 juta Yahudi ke kamar gas. Kamar gas itu menggunakan substansi kimia seperti Zyklon B, yang pada awal penemuannya digunakan sebagai bahan pestisida.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, komentar blunder Spicer tersebut bukanlah yang pertama kali ia lakukan. Oleh berbagai media luar, ia disebut sebagai juru bicara yang sangat tepat mewakili presidennya: penuh blunder dan kesalahan kontroversial. Dan kebiasaan blunder ini rajin dan rutin ia lakukan sejak awal menjabat sebagai mulut Gedung Putih.
Penonton Pelantikan Trump
Perkenalan perdana Spicer sebagai juru bicara Gedung Putih ke masyarakat Amerika Serikat adalah saat ia menyebut penonton inaugurasi Trump adalah yang terbesar sepanjang sejarah.
“Ini adalah penonton terbanyak yang pernah menghadiri upacara pelantikan presiden, titik,” ucap Spicer. Otoritas keamanan Washington sendiri mengatakan pengunjung pelantikan Trump itu berjumlah 720.000 orang, tak sampai setengah dari yang datang ke pelantikan Presiden Barack Obama di tahun 2009.
ADVERTISEMENT
Salah Twit Password
Salah twit, yang kemungkinan merupakan password. Pada 26 Januari lalu, Spicer lewat akun Twitter-nya @PressSec, mengunggah sebuah twit yang bertuliskan “n9y25ah7”. Tak ada angin tak ada hujan, Spicer mengunggahnya dan kemudian menghapus twit tersebut tak lama setelahnya.
Netizen, seperti biasa, memiliki teori sendiri soal cuitan Spicer tersebut. Beberapa menyebut bahwa kode tersebut adalah password dari akun yang dimiliki Spicer. Namun begitu, beberapa orang lain berkelakar lebih jauh dengan menyebut bahwa kode tersebut adalah kode nuklir yang harus dipencet oleh Presiden Trump untuk menghancurkan dunia.
Retweet Video Satir
Selain soal twit password nuklir tersebut, Spicer juga pernah terkena bully netizen ketika me-retweet video dari The Onion. The Onion sendiri adalah blog-media satir yang memang bertujuan untuk menyindir orang-orang terkenal, dari politisi hingga artis-artis.
ADVERTISEMENT
Nah, masalahnya, video yang di-retweet Spicer itu berisi kata-kata sindiran seperti, “Peran Sean Spicer dalam masa pemerintahan Trump akan menyediakan masyarakat AS dengan derasnya informasi tak tepat,” juga berbagai kalimat yang menyatakan bahwa konferensi pers yang sering dilakukan Spicer selalu bersikap defensif dan mendukung alternative fact alias pemelintiran fakta yang kerap dilakukan Trump.
Apa yang dikatakan Spicer? “You nailed it. Period!”
Baiklah, Spicer.
Pin Terbalik
Spicer juga pernah menjadi bahan bully netizen akibat mengenakan pin bendera di jasnya secara terbalik. Padahal hal itu memiliki makna serius yang juga menjadi perdebatan netizen.
Berdasarkan hukum federal di AS, bendera Amerika Serikat Stars and Stripes tak boleh diperlakukan sewenang-wenang.
Menurut Pasal 36, Bab 10, "Bendera Amerika Serikat harus selalu dihormati... bendera tersebut tidak boleh diperlihatkan secara terbalik, kecuali itu untuk menjadi sinyal kesulitan atau bahaya yang ekstrim untuk penggunanya."
ADVERTISEMENT
Muncul di Saturday Night Live
Akibat rentetan blunder dan pernyataan-pernyataan blundernya itu, Spicer pernah menjadi materi dari acara komedi terkenal AS, Saturday Night Live. Melissa McCarthy, yang memerankan Spicer di monolog SNL tersebut mengandaikan diri sebagai juru bicara Gedung Putih sekaligus memuntahkan pernyataan-pernyataan blunder Spicer.
Lalu, ketika kata-kata presiden dan juru bicara sama-sama jadi bahan lelucon dan tak bisa dipercaya, apakah dunia masih harus menganggap pemerintahan AS di bawah Trump tersebut serius?