Sebagian Kecil Warga Yahudi Pilih Mendukung Partai Sayap Kanan Jerman

29 Oktober 2018 3:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang demonstran sayap kanan di Chemnitz, Jerman. (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang demonstran sayap kanan di Chemnitz, Jerman. (Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke)
ADVERTISEMENT
Partai Alternative für Deutschland (AfD) adalah partai sayap kanan Jerman yang sering dicap sebagai partai anti-semit dan berlaku seperti Nazi, memusuhi orang karena agama, etnis, dan ras tertentu, tak terkecuali kaum Yahudi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, masih ada sebagian kecil kelompok Yahudi yang mendukung AfD.
Seorang politikus AfD yang juga seorang Yahudi, Dimitri Schulz mendukung kelompok tersebut, dan berusaha menyudutkan kelompok minoritas lainnya, yakni kelompok Islam. Ia menganggap bahwa Islam memang didesain untuk membenci Yahudi.
“AfD adalah satu-satunya partai di Jerman yang percaya bahwa kebencian terhadap orang Yahudi tidak dapat dipisahkan dari Islam, dan menjadi satu-satunya partai yang mengatakan dengan lantang bahwa dogma agama Islam tidak cocok dengan konstitusi Jerman,” kata Schulz.
Schulz telah bergabung dengan AfD selama empat tahun terakhir. Ia lahir di Uni Soviet (sekarang Rusia) dan datang ke Jerman ketika masih kecil bersama dengan orang tuanya. Ia memandang AfD sebagai benteng perlawanan terhadap ancaman Islam di Eropa dan menjadi satu-satunya partai yang 100 persen mempertahankan nilai tradisional Yahudi-Kristen yang dimiliki oleh Jerman.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Schulz juga menjadi pelopor pendirinya kelompok orang Yahudi di AfD bernama JAfD yang baru satu minggu terbentuk. Ia memprediksi akan ada 1.400 orang yang berminat menjadi anggota.
Dalam sebuah polling yang dilakukan oleh program berita Jerman Tagesschau, AfD menempati posisi kedua dengan 18 persen suara sebagai partai politik terpopuler di Jerman. Hanya satu ranking di bawah partai Angela Merkel, Christlich Demokratische Union Deutschlands (CDU) dan lebih populer dari partai kuat lainnya Sozialdemokratische Partei Deutschlands (SPD).
Tindakan Schulz menuai kontroversi dalam kalangan Yahudi sendiri. Juri Goldstein, seorang pemimpin Yahudi yang juga merupakan seorang pengacara mengatakan bahwa warga Yahudi tidak boleh terlibat dalam sebuah organisasi yang memiliki kecenderungan anti-semit.
“Orang seperti Schulz sedang digunakan oleh AfD agar mereka mendapatkan rasa hormat,“ kata Goldstein. “Tidak ada untungnya bagi kaum Yahudi di Jerman jika berasosiasi dengan partai ini.“
ADVERTISEMENT
Di lain kesempatan, Charlotte Knobloch, seseorang yang selamat dari holocaust mengatakan, “Sungguh tidak dapat dimengerti bagaimana mungkin seorang Yahudi dapat membenarkan keterlibatannya dalam partai seperti itu (AfD).“
Knobloch merupakan pemimpin dari komunitas Yahudi di München.
Meskipun partisipan AfD menyanggah tuduhan bahwa partai mereka memusuhi Yahudi, anggota partai tersebut berkali-kali tercatat memberikan komentar-komentar anti-semit. Salah satu pendiri AfD di negara bagian Thüringen, Björn Höcke, pernah berkata pada tahun 2017 di Dresden bahwa ia tidak setuju kalau masyarakat Jerman terus-terusan merasa bersalah atas apa yang terjadi pada perang dunia kedua.
“Kita masyarakat Jerman adalah satu-satunya masyarakat di dunia yang membangun peringatan atas rasa malu di tengah ibu kota,” komentar Höcke terhadap monumen peringatan holocaust yang berdiri di tengah kota Berlin.
ADVERTISEMENT
Ia menyarankan agar warga Jerman membuat perubahan 180 derajat terhadap kebijakan terkait dengan apa yang terjadi di masa lalu. Ucapan Höcke dianggap berbau anti-semit oleh masyarakat luas.
Pada lain kesempatan di bulan Agustus tahun ini, para partisipan AfD tertangkap kamera sedang menunjukkan salam Nazi di kota Chemnitz. Kota tersebut sedang menjadi sorotan karena demonstrasi yang dilakukan oleh kedua kelompok sayap kanan dan kiri terkait isu imigran.
Berbagai media dan masyarakat di Jerman mulai meragukan jika Dimitri Schulz adalah benar-benar orang Yahudi. Schulz tidak memiliki dokumen yang membuktikan bahwa ia adalah seorang Yahudi ketika ia bermigrasi dari Uni Soviet. Terlebih lagi karena ia tidak terdaftar dalam komunitas Yahudi manapun.
Merespon hal tersebut Schulz berkata, “Keanggotaan dalam komunitas Yahudi tidak menentukan latar belakang seseorang, jadi keraguan tersebut tidak masuk akal.“
ADVERTISEMENT