Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sebelum Bencana Datang, Pemerintah Seoul Potong Dana Pengendalian Banjir Rp 1 T
10 Agustus 2022 11:55 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pemerintah Metropolitan Seoul memotong anggaran secara drastis dalam setahun, yakni hampir KRW 90 miliar (Rp 1 triliun). Pihaknya mengalokasikan dana KRW 509,9 miliar (Rp 5,7 triliun) pada 2021.
Anggaran itu kemudian turun sekitar 17 persen menjadi KRW 420,2 miliar (Rp 4,7 triliun) pada tahun ini. Pemotongan juga menyasar sektor pengelolaan fasilitas limbah, sungai, dan pasokan air.
Berbagai pihak lantas menganggap pemerintah kota dan parlemen meremehkan risiko kerusakan yang dapat ditimbulkan banjir. Terlebih, perubahan iklim membuat hujan lebat kerap terjadi di Seoul.
Seoul sebenarnya meningkatkan perlindungan banjir sejak bencana itu melanda pada 2010. Pemerintah daerah kembali menggencarkan upaya itu usai tanah longsor di Gunung Umyeon pada 2011.
Dana untuk pengendalian bencana sempat menyentuh KRW 616,8 miliar (Rp 7 triliun) pada 2019. Tetapi, anggaran itu kemudian berangsur menurun selama tiga tahun berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Menghadapi kecaman, pemerintah lantas mengeluarkan klarifikasi. Pihaknya menjelaskan, pemotongan itu terjadi lantaran proyek-proyek dengan anggaran besar telah memasuki tahap akhir. Mereka kemudian turut menyinggung Partai Demokrat Korea.
"Untuk anggaran tahun ini, 445 miliar won (Rp 5 triliun) telah diajukan [ke Dewan Kota Seoul], tetapi dewan kota, yang didominasi oleh Partai Demokrat Korea pada saat itu, memotongnya sebesar 24,8 miliar won (Rp 281 miliar)," bunyi pernyataan Pemerintah Metropolitan Seoul, dikutip dari Donga, Rabu (9/8).
Namun, penjelasan itu tidak mampu membendung kritik terhadap permasalahan sistematis. Sebab, jabatan utama organisasi yang bertanggung jawab atas bencana ternyata tengah kosong pula.
Wali Kota Distrik Mapo, Park Gang-soo, semakin menuai kritik dari masyarakat. Dia mengunggah foto makan malam sambil menikmati hujan ketika warganya terjebak oleh banjir.
ADVERTISEMENT
Seluruh kontroversi tersebut menyingkap berbagai lubang dalam pengelolaan anggaran dan personel di Seoul. Kedua faktor itu merupakan poros utama dalam kesiapsiagaan bencana.
"Saya khawatir Wali Kota [Seoul] Oh Se-hoon menganggap enteng kesiapsiagaan bencana, mengingat anggaran untuk sub-divisi telah dikurangi dan kekosongan dalam kantor umum keselamatan telah dibiarkan tanpa pengawasan untuk jangka waktu yang cukup lama," ujar seorang pejabat Pemerintah Metropolitan Seoul, Song Jae-hyeok, dikutip dari The Hankyoreh.
Administrasi Meteorologi Korea (KMA) mencatat curah hujan terberat dalam 115 tahun terakhir turun di Seoul pada Senin (8/8). Bencana itu menyebabkan sembilan orang tewas dan tujuh lainnya hilang. Hingga 17 orang juga mengalami cedera.
Banjir bandang merendam jalanan dan bangunan, menjebak warga dalam rumah yang terendam, dan menyisakan kendaraan terdampar.
ADVERTISEMENT
Hujan selama tiga hari turut berdampak pada fasilitas umum. Otoritas menemukan sepuluh rel kereta api yang terendam dan enam yang rusak. Banjir turut membawa hingga sebelas kasus tanah longsor.
Korsel mencatat, 2.676 rumah dan bangunan terendam air. Sebagian besarnya terletak di Seoul. Alhasil, 570 orang dari 398 rumah tangga terpaksa mengungsi ke sekolah dan pusat kebugaran setempat.
Sejauh ini, petugas juga telah mengevakuasi 1.253 orang dari 724 rumah tangga di seluruh negeri. Presiden Korsel, Yoon Seok-yeol, lantas menyerukan upaya pemulihan segera.
"Kita tidak boleh membiarkan ketegangan turun sampai akhir dan merespons dengan cepat dan menyeluruh sehingga tidak ada gangguan bagi publik karena kerusakan akibat hujan lebat. Selain itu, perhatikan juga keamanannya," jelas Yoon.
ADVERTISEMENT