Sebelum Ditangkap, Terduga Teroris di Bali Pamit ke Tetangga

12 Oktober 2019 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana indekos AT. Foto: Denita br Matondang/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Suasana indekos AT. Foto: Denita br Matondang/kumparan.
ADVERTISEMENT
Terduga teroris inisial AT (45) yang merupakan jaringan Abu Rara, tinggal di sebuah indekos di Jalan Sedap Malam, Nomor 132, Denpasar Timur. AT diduga menyewa dua indekos untuk istri dan anaknya.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikonfirmasi Kabid Humas Polda Bali, Kombes Hengky Widjaja.
“Iya (AT tinggal di sana)” jawab Hengky, Sabtu (12/10)
Pantauan kumparan, indekos itu memiliki lima kamar. AT tinggal di sisi paling barat. Pada teras indekosnya terdapat sejumlah besi-besi dan peralatan untuk las, bekas kaleng susu, dan kerangka lampu yang terbuat dari kayu.
Pada bagian atap indekos ini terdapat kerangka lampu yang terbuat dari besi dan sejumlah besi-besi panjang dan tebal.
Ketut Juliani, warga setempat mengatakan AT biasa dipanggil dengan sebutan Pak Taufik. Istri AT dipanggil Ibu Umi. Pasangan ini sudah tinggal sekitar dua tahun di indekos tersebut.
Juliani mengatakan pada Kamis (10/10) malam atau beberapa jam sebelum ditangkap, keluarga Taufik pamit ke tetangga. Menurut Juliani, alasan mereka pulang kampung ke Banyuwangi karena ada kerabat Taufik meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
“Dia pulang kampung kemarin, titip rumah bilang pulang kampung bawa motor berempat. Katanya jenguk pamannya meninggal,” kata Juliani kepada wartawan.
Juliani menuturkan, Taufik sehari-hari bekerja sebagai tukang las kap lampu.
“Kerjanya sehari-hari bikin las kerajinan kerangka lampu,” ucap Juliani.
Berdasarkan interaksinya dengan Pak Taufik, Juliani mengetahui tetangganya itu memiliki tiga orang anak. Anak pertama AT diketahuinya sudah menikah, anak kedua berumur 14 tahun, dan anak ketiga berusia 8 tahun.
Juliani juga tak menaruh curiga pada AT dan keluarganya. Sebab kehidupan AT seperti keluarga biasanya. Menurut Juliani, Ibu Umi sering terlihat mengantar jemput anaknya yang paling bungsu dari sekolah. Ibu Umi dan anaknya berumur 14 tahun membantu Pak Taufik bekerja.
ADVERTISEMENT
“Mereka juga sudah punya pelanggan yang datang ke sini,” ujar Juliani yang bekerja sebagai tukang jahit ini.
Keluarga ini juga menyapa tetangga meski tak ramah-ramah amat. “Paling bilang halo,” kata Juliani.
Juliani cukup kaget karena tetangganya itu diduga sebagai teroris. Dia mengatakan pada Kamis (10/10) pagi lalu, sekelompok polisi mendatangi indekos Taufik.
“Ada beberapa orang bawa mobil masuk ke kamarnya, “ tutup Juliani.