Sebelum Penembakan, Iran Diduga Rencanakan Bunuh Donald Trump

17 Juli 2024 14:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penembakan terjadi di lokasi kampanye Calon Presiden AS Donald Trump di Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024) Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Penembakan terjadi di lokasi kampanye Calon Presiden AS Donald Trump di Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024) Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepekan sebelum penembakan di kampanye Donald Trump Butler, Pennsylvania, ternyata Secret Service mendengar rencana pembunuhan terhadap Trump oleh Iran. Akan tetapi, kejadian di Butler pada Sabtu, 13 Juli 2024 itu tidak terkait Teheran.
ADVERTISEMENT
Laporan itu disampaikan CNN pada Selasa (16/7). Media Paman Sam itu menerima keterangan dari sumber yang mendapat laporan intelijen perihal keinginan Iran menghabisi nyawa Trump.
Selain CNN, media-media lain di AS menerima kabar serupa dari sumber keamanan. Para media itu memastikan tidak ada keterlibatan Iran saat Trump coba dihabisi oleh pemuda 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks.
Menurut Dewan Keamanan Nasional AS, pihaknya sudah melacak ancaman Iran terhadap Trump dalam beberapa tahun terakhir. Itu dipicu upaya balas dendam Iran atas kematian komandan Garda Revolusi, Qassem Soleimani, pada 2020 lalu.
Warga memberikan penghormatan kepada almarhum Jenderal Qassem Soleimani di Jalanan Kota Ahvaz, Iran. Foto: AFP/HOSSEIN MERSADI
"Kami pertimbangkan ini sebagai masalah prioritas utama dari keamanan dalam negeri dan nasional," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Adrienne Watson, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
"Investigasi dari penembakan (Trump) pada Sabtu tidak teridentifikasi kaitan dari penembakan dengan kaki tangan asing dan domestik," sambung dia.
Juru bicara Secret Service, Anthony Guglielmi, memastikan pihaknya dan badan keamanan lainnya, kerap menerima informasi ancaman. Mereka memastikan terus memperbarui sumber keamanan sesuai kebutuhan.
"Kami tidak bisa berkomentar terkait gelombang ancaman spesifik dibanding dengan mengatakan Secret Service menangani dan ancaman dengan serius," ucap Guglielmi.