Sederet Sindiran Keras Hasto ke Prabowo-Gibran dan Keluarga Jokowi

10 November 2023 8:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto saat menghadiri acara Rakor Pemenangan Pilpres dan Pileg PDIP Jatim di Vasa Hotel, Surabaya, Sabtu (14/10/2023). 
 Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto saat menghadiri acara Rakor Pemenangan Pilpres dan Pileg PDIP Jatim di Vasa Hotel, Surabaya, Sabtu (14/10/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berkali-kali melancarkan 'serangan' ke kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Dari halus hingga nyelekit.
ADVERTISEMENT
Hal ini tak lepas dari sikap paslon itu yang dinilai Hasto terlalu 'mengandalkan' Presiden Jokowi.
Termasuk soal jalan lapang Gibran yang bisa melenggang ke Pilpres 2024 setelah gugatan soal batas usia cawapres dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK).
Berikut kumparan rangkum sindiran Hasto untuk kubu Prabowo Gibran, Jumat (10/11):
Megawati Pilih Ganjar-Mahfud Bukan karena Keluarga
Hasto menyampaikan alasan Megawati memilih Ganjar-Mahfud karena demi rakyat, untuk Indonesia. Bukan karena keluarga.
Hasto saat menerima dukungan dari Barikade Gus Dur dan Yenny Wahid di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (27/10), juga menyampaikan sebelum memilih Ganjar-Mahfud, Megawati khusyuk memohon petunjuk yang Kuasa.
"Saya menjadi saksi bagaimana berbulan-bulan lamanya setiap malam ibu Mega ini berzikir dengan tasbih merah beliau," jelas Hasto.
ADVERTISEMENT
Kata Hasto, apa yang dilakukan Megawati ini sama dengan yang dilakukan Soekarno, meminta petunjuk dari sang Illahi.
Bacapres dan Bacawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD di acara dialog dengan Gen Z di kawasan Blok M, Jakarta, Senin (23/10/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Perih Ditinggalkan Keluarga Jokowi
PDIP tampaknya begitu terpukul dengan keputusan anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, yang maju jadi cawapres Prabowo Subianto. Gibran maju setelah gugatan syarat capres-cawapres dikabulkan MK.
"PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan Rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini," kata Hasto Kristiyanto, dalam keterangannya, Minggu (29/10)
Hasto menjelaskan, saat para elite DPP PDIP bertemu dengan jajaran ranting hingga anak ranting, banyak yang tak percaya hal itu bisa terjadi. PDIP yang sudah memberi keistimewaan kepada Jokowi dan keluarganya, tapi malah ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
“Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi,” jelas dia.
Tekanan Kekuasaan Keras
Hasto sempat menyebut, tekanan kekuasaan terhadap sejumlah ketua partai politik juga tinggi. Bahkan, dia menyebut ada yang sudah dipegang kartu truf-nya.
"Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa kartu truf-nya dipegang. Ada yang mengatakan life time saya hanya harian; lalu ada yang mengatakan kerasnya tekanan kekuasaan,” kata Hasto dalam keterangannya, Minggu (29/10).
Bagi Hasto, segala proses yang terjadi sampai akhirnya Gibran bisa maju sebagai cawapres Prabowo merupakan bentuk ketidaktaatan politik.
ADVERTISEMENT
"Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobidience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK," ujar dia.
Prabowo Pindahkan Dukungan 1 Keluarga
Hasto menyampaikan tiga pantun saat menerima dukungan dari Forum Alumni Angkatan Muda Muhammadiyah Bali untuk Ganjar Pranowo-Mahfud MD di 2024 mendatang. Pantun Hasto menyinggung sikap pemerintah yang mencopot baliho Ganjar-Mahfud di Bali, pihak yang melukai kasih Ibu Pertiwi, hingga Prabowo Subianto.
"Pertama. Pulau Bali Pulau Dewata. Masyarakatnya ramah terbuka pada siapa saja. Namun ada yang tega merusak suasana. Melepas baliho dan bendera sebagai cermin ketidakadilan nyata," kata Hasto dalam keterangannya, Sabtu (4/11).
"Pantun kedua, Bali bumi spiritual terkenal di dunia. Masyarakatnya religius dengan kultur khas Indonesia. Di sini berlaku hukum karmapala. Bagi siapa pun yang cederai kasih Ibu Pertiwi demi perpanjangan kuasa," tambah Hasto.
Pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (26/10/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Hasto pun menyinggung capres Prabowo Subianto dalam pantunnya yang disebut memiliki jurus jitu yang berhasil membelokkan dukungan satu keluarga. Meski tak disebutkan, dukungan satu keluarga yang disebut kemungkinan adalah keluarga Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Pak Prabowo punya jurus menggoda. Bujuk rayunya pindahkan dukungan satu keluarga. Di sini kita memantapkan jiwa raga. Dukung Ganjar-Mahfud MD dengan semangat menyala-nyala," ucap Hasto membacakan pantun ketiganya.
Gibran Bukan Lagi Kader PDIP
Hasto menegaskan Gibran bukan lagi kader PDIP setelah menerima pinangan menjadi cawapres Prabowo.
Hasto juga mengaku mendapat telepon dari Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, yang menyebut bahwa Gibran di 'kuningkan' atau digolkarkan.
"Kami sudah menerima telepon dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bahwa Mas Gibran ini di 'kuningkan', digolkarkan maka otomatis Gibran karena mencalonkan bersama Prabowo sudah tidak menjadi bagian dari keluarga PDIP lagi," kata Hasto usai membuka Rapat Koordinasi Daerah DPD PDIP NTB di Mataram, dikutip dari Antara, Minggu (5/11).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Hasto mengatakan berdasarkan konstitusi capres-cawapres diusung oleh partai politik atau gabungan parpol. Sedangkan dalam hal ini, PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo sudah mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
"Ini juga diatur dalam pilkada, sehingga di dalam pilpres pun calon presiden dan calon wakil presiden memiliki KTA ganda maka tidak bisa [dicalonkan]," ujarnya.