Segelintir Pria Saudi Tolak Kebijakan Perempuan Bebas Menyetir

25 Juni 2018 15:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita menyetir di Arab Saudi. (Foto: REUTERS/Zohra Bensemra)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita menyetir di Arab Saudi. (Foto: REUTERS/Zohra Bensemra)
ADVERTISEMENT
Di tengah perayaan dicabutnya larangan mengemudi bagi perempuan Arab Saudi pada Minggu (24/6) ternyata masih ada sebagian lelaki yang menolak keputusan ini. Mereka menolak karena takut kebijakan tersebut merusak citra dan identitas Arab Saudi sebagai kerajaan Muslim konservatif.
ADVERTISEMENT
"Di Islam, kita tidak memiliki (kebijakan) ini. Dari zaman pendahulu kita, ayah dan kakek kita, tidak ada perempuan yang mengemudi," kata Wadih al-Marzouki, seorang pensiunan pegawai pemerintah di kota pelabuhan Laut Merah Jeddah, dikutip dari Reuters, Senin (25/6).
Wadih bahkan mengatakan bahwa dirinya tidak mengizinkan istrinya mengemudi. "Ini akan menjadi sangat sulit. Tuhan, bantu kita di bulan pertama," kata Wadih.
Larangan mengemudi tersebut sebenarnya diterapkan dengan dalih alasan agama dan budaya seperti perempuan yang mengemudi akan mempromosikan pergaulan bebas dan itu merupakan dosa.
Bahkan, ada seorang ulama yang mengatakan bahwa perempuan tidak cukup pintar untuk mengemudi, sementara yang lain memperingatkan bahwa mengemudi dapat meningkatkan risiko klinis. Risiko tersebut seperti merusak ovarium mereka dan melahirkan anak-anak dengan malasah klinis.
ADVERTISEMENT
Setelah sembilan bulan Raja Salman menggulirkan wacana pencabutan larangan mengemudi tersebut, tidak serta merta kebijakan itu diterima begitu saja.
Wanita menyetir di Arab Saudi. (Foto: REUTERS/Sarah Dadouch)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita menyetir di Arab Saudi. (Foto: REUTERS/Sarah Dadouch)
Hampir seperempat masyarakat Saudi dalam setiap survei menolak kebijakan tersebut. Sepertiga dari mereka mengatakan kebijakan itu mengancam tradisi dan budaya.
Namun, kritik terhadap kebijakan tersebut tetap langka. Terlebih setelah adanya penangkapan terhadap 30 ulama, intelektual, dan aktivis pada September lalu dan lebih dari puluhan aktivis perempuan dalam satu bulan terakhir.
Pendukung pemerintah mengatakan bahwa upaya penangkapan tersebut diperlukan untuk membatasi reformasi yang tengah dilakukan oleh Arab Saudi agar tidak kebablasan. Upaya ini untuk menjaga sisi tradisional Arab agar tidak sepenuhnya tergerus walaupun mulai diterapkannya kebijakan nonkonservatif.
Beberapa penentang kebijakan perempuan diperbolehkan mengemudi ini tampaknya mulai berdamai dengan realitas baru. Salah satunya adalah Abdelaziz al-Qahtan yang tadinya keberatan mulai menerima adanya kebijakan ini.
ADVERTISEMENT
"Saya mendukungnya karena beberapa keluarga benar-benar perlu memiliki pengemudi perempuan," kata Abdelaziz.
"Tapi saya tidak berpikir seorang wanita harus menyetir jika memang tidak perlu," ungkapnya.