Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Selasa (27/3) lalu, driver ojek online ramai-ramai mendatangi Istana Negara di Jakarta Pusat, melakukan demonstrasi. Bikin macet? jelas, karena jumlah mereka mencapai ribuan.
ADVERTISEMENT
Tuntutan mereka waktu itu, selain meminta payung hukum untuk ojek online, adalah meminta pihak aplikator menaikan tarif per kilometer. Bagi para driver, tarif Rp 1.500 per kilometer dirasa sangat rendah.
Begitu ada ramai-ramai soal demo kenaikan tarif ojek online, atasan saya tiba-tiba memberi perintah untuk eksperimen "sehari menjadi ojek online". Tak perlu perdebatan lama, langsung saja saya ditunjuk buat menjajal eksperimen tersebut.
Yang terlintas pertama waktu itu, ojek online kayaknya lumayan menjanjikan. Sehari tinggal nge-gas nge-gas motor, dapat duit sama bonus juga lagi. Akhirnya, nama saya didaftarkan untuk jadi driver ojek online di Grabbike.
Singkat cerita, Senin (9/4) sore, saya diminta datang ke kantor Grabbike di kawasan Benhil, Tanah Abang. Di sana saya diberikan atribut Grab berupa jaket dan helmnya yang hijau-hijau itu. Saya juga mendapat short training penggunaan aplikasi, mulai dari cara mengambil penumpang sampai penjelasan mengenai tarif dan insentif.
ADVERTISEMENT
Oh iya, di sana, calon-calon mitra Grab juga diminta melakukan pengecekan fisik motor dan tes safety riding. Cek fisik dan tes safety riding dilakukan sesudah calon mitra Grab lolos tahap verifikasi. Tesnya dilakukan di Gor Benhil, lokasinya persis ada di belakang kantor Grab.
"Di sini semuanya harus tes fisik motor sama safety riding dulu mas," kata seorang pengawas tes kepada saya.
Sore itu saya melihat ada dua tes fisik motor dan satu kali safety riding. Sewaktu tes fisik, ada calon mitra grab yang gagal melewati tes. Alasannya kondisi kendaraannya kurang bagus.
Esok harinya, saya benar-benar mencoba pengalaman baru sebagai seorang driver ojek online. Menggunakan Honda Vario tahun 2013, saya mulai beroperasi di wilayah Tangerang.
ADVERTISEMENT
Kenapa Tangerang? Karena rumah saya di Tangerang, jadi biar gak buta-buta banget lah sama tempat.
Keluar rumah pukul 10.00 WIB, saya langsung menuju sebuah mal di kawasan Alam Sutera, Tangerang. Karena tidak begitu jauh dari rumah, saya hanya menempuh jarak sekitar 20 menit. Tentunya dengan atribut lengkap yakni jaket hijau dengan nama punggung Grab.
Dibandingkan driver lain, persiapan saya memang berbanding terbalik. Setidaknya, saya tidak menggunakan penyangga HP di motor, yang bisa memudahkan kita menerima orderan. Selain itu, pakai penyangga juga bikin gampang baca GPS.
Setelah wara-wiri di kawasan Alam Sutera selama 30 menit, saya memutuskan untuk nongkrong sebentar sama driver-driver senior agar dapat nasihat-nasihat bijak soal dunia ojek online.
Betul saja, tidak lama kemudian saya dapat order masuk. Orderan pertama saya sebagai driver ojek online adalah Grabfood. Akhirnya saya menelpon pemesan Grabfood itu setelah disarankan driver-driver lain yang sedang nongkrong bareng. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk menghindari order fiktif.
ADVERTISEMENT
Saya diminta untuk membelikan seporsi mie goreng pedas dan seporsi nasi goreng petai di Restoran 'S' yang ada di dalam mal. Berhubung dekat, ya dengan segera saya sudah sampai di depan Restoran 'S'.
Total pesanan makanan itu mencapai Rp 74 ribu. Untungnya saya masih punya uang cash di dompet buat nutupin pesanan. Tapi kaget juga sih, belum apa-apa udah keluar uang Rp 70 ribu.
Pesanan selesai saya pun langsung menuju lokasi. Jaraknya 2,93 km dari Restoran ‘S’, tapi masih di kawasan Alam Sutera juga.
Lanjut, tidak begitu lama dari mengantarkan pesanan Grabfood, HP sudah muncul notif lagi. Kali ini ke Apartemen Modernland. Jaraknya sekitar 8,8 Km, ongkosnya Rp 15 ribu. Langsung saja saya ambil ordernya.
ADVERTISEMENT
Penumpang lalu saya antarkan ke tujuan. Mungkin karena perjalanan pertama, obrolannya pun singkat-singkat saja. Sampai di tujuan, saya diberikan ongkos Rp 17 ribu. Lumayan ada lebihan dua ribu.
Setelahnya saya berturut-turut mendapat order sebanyak tiga kali hingga pukul dua siang. Namun order tersebut menjadi rentetan pesanan yang masuk ke aplikasi Grab yang saya gunakan.
Order baru masuk kembali sekitar pukul 20.00 WIB. Tanpa pikir panjang ya langsung saya ambil. Jaraknya sekitar 10 Km dengan ongkos Rp 20 ribu.
Total selama satu hari menjadi driver ojek online saya mendapat 6 kali orderan dengan total pemasukan tunai Rp 56.000. Memang di luar bayangan saya ketika pertama kali diminta menjadi driver ojek online. Ternyata, menjadi ojek online tidak semudah yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Sehari menjadi driver ojek online memberikan sebuah pengalaman yang baru. Suatu pengalaman yang berharga bahwa tidak ada hasil baik tanpa adanya usaha keras. Para driver ojek online yang berhasil menuai pundi-pundi rupiah dalam jumlah banyak tentunya sejalan dengan usaha.