Sehari Usai Demo Paling Ricuh, Massa Kembali Turun ke Jalanan Bangkok

18 November 2020 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pengunjuk rasa menunjukkan penghormatan dengan tiga jari saat demonstrasi di Bangkok, Thailand, Rabu (18/11/2020). Foto: ATHIT PERAWONGMETHA/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Para pengunjuk rasa menunjukkan penghormatan dengan tiga jari saat demonstrasi di Bangkok, Thailand, Rabu (18/11/2020). Foto: ATHIT PERAWONGMETHA/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ribuan orang demonstran kembali turun ke jalanan di Kota Bangkok pada Rabu (18/11). Sehari sebelumnya, demo berujung ricuh menyebabkan 55 orang terluka.
ADVERTISEMENT
Kericuhan pada Selasa (17/11) merupakan yang paling parah dalam sebulan terakhir di Thailand. Untuk membubarkan massa polisi menembakkan meriam air, peluru karet dan gas air mata. Tindakan tersebut menyebabkan puluhan orang terluka.
Sementara itu, unjuk rasa hari ini berlangsung relatif damai. Namun, masa membawa bebek karet untuk melindungi dari serangan gas air mata dan meriam air.
Para pengunjuk rasa memindahkan bebek karet karet saat unjuk rasa di Bangkok, Rabu (18/11/2020). Foto: ATHIT PERAWONGMETHA/REUTERS
Salah satu demonstran PanusayaRungSithijirawattanakul menyebut, unjuk rasa hari ini digelar demi menentang kekerasan dan meminta PM Prayuth Chan-O-cha mundur.
“Kami akan melawan dengan damai,” ucap Rung saat berorasi di depan ribuan demonstran di Bangkok seperti dikutip dari Reuters.
“Penggunaan kekerasan terhadap masyarakat dan pemuda tidak bisa diterima,” sambung dia.
Petugas polisi anti huru hara dan meriam air terlihat di markas polisi selama demonstrasi di Bangkok, Rabu (18/11/2020). Foto: JORGE SILVA/REUTERS
Saat demo berlangsung, Parlemen Thailand sedang melakukan voting perubahan konstitusi. Salah satu proposal perubahan konstitusi yang gagal diadopsi adalah soal peran Kerajaan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dua proposal yang berisi perubahan konstitusi tanpa mempengaruhi kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn berhasil diadopsi.
Demo di Thailand sudah berlangsung sejak Juli. Di samping meminta PM Prayuth mundur, massa menuntut konstitusi baru membatasi kekuasaan Monarki Thailand yang dipimpin Raja Maha Vajiralongkorn.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida menyambut para bangsawan di The Grand Palace di Bangkok, Thailand, Jumat (23/10). Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS