Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ribuan orang demonstran kembali turun ke jalanan di Kota Bangkok pada Rabu (18/11). Sehari sebelumnya, demo berujung ricuh menyebabkan 55 orang terluka.
ADVERTISEMENT
Kericuhan pada Selasa (17/11) merupakan yang paling parah dalam sebulan terakhir di Thailand . Untuk membubarkan massa polisi menembakkan meriam air, peluru karet dan gas air mata. Tindakan tersebut menyebabkan puluhan orang terluka.
Sementara itu, unjuk rasa hari ini berlangsung relatif damai. Namun, masa membawa bebek karet untuk melindungi dari serangan gas air mata dan meriam air.
Salah satu demonstran Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul menyebut, unjuk rasa hari ini digelar demi menentang kekerasan dan meminta PM Prayuth Chan-O-cha mundur.
“Kami akan melawan dengan damai,” ucap Rung saat berorasi di depan ribuan demonstran di Bangkok seperti dikutip dari Reuters.
“Penggunaan kekerasan terhadap masyarakat dan pemuda tidak bisa diterima,” sambung dia.
Saat demo berlangsung, Parlemen Thailand sedang melakukan voting perubahan konstitusi. Salah satu proposal perubahan konstitusi yang gagal diadopsi adalah soal peran Kerajaan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dua proposal yang berisi perubahan konstitusi tanpa mempengaruhi kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn berhasil diadopsi.
Demo di Thailand sudah berlangsung sejak Juli. Di samping meminta PM Prayuth mundur, massa menuntut konstitusi baru membatasi kekuasaan Monarki Thailand yang dipimpin Raja Maha Vajiralongkorn.