Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sejarah dan Harapan di Balik Taman Literasi Martha Tiahahu
23 September 2022 14:51 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ada sejarah panjang di balik penamaan taman teranyar di bilangan Jakarta Selatan itu. Namanya diambil dari salah satu pahlawan perempuan asal Ambon, Martha Christina Tiahahu.
ADVERTISEMENT
Martha Tiahahu masih berusia 17 tahun saat memimpin pasukan melawan penjajah, hingga akhirnya gugur setahun kemudian. 200 tahun berselang, namanya kini menjadi salah satu simbol literasi di Jakarta, 2.700 kilometer dari tanah kelahirannya.
Taman Literasi Martha Tiahahu menjadi yang pertama ada, merupakan salah satu penanda Jakarta sebagai kota literasi dunia.
Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi Taman Martha Tiahahu dari yang semula tak terawat menjadi salah satu pusat berkumpul anak muda. Dengan berbagai fasilitas penunjang seperti perpustakaan buku digital, Gubernur Anies Baswedan menginginkan taman ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai tempat hiburan, melainkan juga lokasi warga untuk menambah literasi.
“Saya berharap, dengan adanya taman literasi ini, kesadaran tentang literasi itu meluas di Jakarta. Itulah sebabnya pemilihan lokasinya adalah lokasi yang sangat sentral," kata Anies saat peresmian Taman Martha Tiahahu, Jakarta Selatan, Minggu (18/9).
Lokasi Taman Martha Tiahahu berada di kawasan pembangunan berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD) Jakarta. Taman literasi ini terintegrasi dengan Stasiun MRT Blok M. Kawasan tersebut akan terus dikembangkan, sehingga menyatu dan menjadi titik sentral mobilitas masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Sentral apa? Sentral dalam kegiatan mobilitas di Jakarta. Di samping terminal, di samping Stasiun MRT, di ujung sana ada stasiun koridor 13. Ini adalah sentral pergerakan penduduk Jakarta. Di sentral itulah disimpan Taman Literasi," jelas Anies.
Taman seluas 9.710 m2 dikelola oleh anak perusahaan MRT Jakarta, PT Integrasi Transit Jakarta yang berkolaborasi dengan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, dan Perpustakaan Jakarta.
Karena mengusung konsep landscraper, taman berbentuk lingkaran ini jika dilihat dari jauh seperti hamparan ruang terbuka hijau biasa.
Namun, jika kita mendekat, akan terlihat bangunan dua lantai dengan berbagai fasilitas yang disiapkan, dari ruang perpustakaan, plaza anak, area amphitheater, healing garden, kedai kopi, ruang baca, toko buku, ruang literasi anak, hingga fasilitas penunjang seperti musala dan toilet.
ADVERTISEMENT
Taman ini juga memiliki garis imajiner, yang jika ditarik lurus maka akan menuju kampung halaman Martha Tiahahu di Nusa Laut, Maluku.
“Namanya Taman Martha Christina Tiahahu. Mungkin di antara pahlawan lain usianya paling muda. Tapi ini sebuah tempat untuk mengenang (bukan) sekadar masa lalu, tetapi juga tempat untuk membangun masa depan Jakarta. Alhamdulillah, kita masuk di dalam jaringan kota literatur dunia. Jakarta sebagai Kota Literatur," jelas Anies.
Kata Mereka Soal Taman Literasi Martha Tiahahu
Taman Literasi Martha Tiahahu ini tidak memiliki lahan parkir untuk kendaraan bermotor. Secara langsung, Anies meminta seluruh masyarakat yang ingin berkunjung agar menggunakan moda transportasi umum.
“Bagi yang bertanya parkirnya di mana? Di taman ini hanya ada parkir sepeda. Kalau naik kendaraan bermotor pribadi silakan parkir di rumah, lalu naik Transjakarta atau MRT ke sini,” tulis Anies dalam unggahan instagramnya, Jumat (23/9).
ADVERTISEMENT
Karena lokasinya yang strategis dan berdekatan dengan pusat berkumpul anak muda di Jakarta, taman ini mulai ramai dikunjungi masyarakat, meski baru dibuka.
“Pertama kali ke taman literasi bagus banget sih. Asyik konsepnya, terus fasilitasnya lengkap juga, ada perpustakaan digital, ada perpustakaan mininya juga,” ungkap Aliya (25) kepada kumparan.
“Terus, udah feeling, pasti ini taman bakalan hits banget didatengin orang-orang,” lanjutnya.
Aliya melihat, taman ini berpotensi dipadati oleh pengunjung pada kemudian hari, seperti Tebet Eco Park. Karena itu, ia menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta dan pengelola taman untuk memperhatikan mekanisme serta batas pengunjung harian, agar tidak membludak sehingga malah merusak fasilitas taman.
“Jadi, untuk sekarang, menurutku, enggak ada kekurangan ya. Cuma agak khawatir aja, kalau pengelola enggak concern ngatur arus keluar masuk pengunjung, taman ini bakalan jadi Tebet Eco Park jilid 2,” tutur Aliya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski belum mengunjungi Taman Literasi Martha Tiahahu seperti Aliya, Rafi (23) mengaku ingin segera melihat langsung taman tersebut, setelah melihat berbagai unggahan di media sosial.
“Berdasarkan pengamatan saya, taman ini merupakan taman yang sangat nyaman dan bisa menjadi oase di antara gedung-gedung Ibu Kota. Desain dan tata ruangnya yang menarik juga menjadikan taman ini objek serta latar foto yang baik,” kata Rafi kepada kumparan.
Niat awal Gubernur Anies membangun taman ini adalah untuk menumbuhkan minat membaca masyarakat Jakarta. Agar menumbuhkan hal tersebut, dibutuhkan fasilitas penunjang yang mumpuni. Menyediakan taman yang nyaman adalah salah satunya.
“Dengan taman ini, kami berharap, ada kegiatan rutin menyangkut literatur yang masyarakat dapat akses dengan mudah,” jelas Anies.
ADVERTISEMENT
Secara fisik, Taman Martha Tiahahu memang sudah selesai dibangun. Namun, jaringan integrasinya masih dalam proses. Selaku pengembang, PT MRT akan membangun fasilitas pejalan kaki, untuk menghubungkan taman dengan moda transportasi dan pusat perbelanjaan di kawasan tersebut.