Sejarah Hotel Majapahit Surabaya, Tempat Deklarasi Anies-Cak Imin

2 September 2023 20:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berpose di bawah tiang sejarah perobekan bendera merah putih di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berpose di bawah tiang sejarah perobekan bendera merah putih di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
PKB menggelar deklarasi capres-cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9). Hotel Majapahit dipilih karena punya sejarah panjang bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan kolonialisme.
ADVERTISEMENT
Sejarah tentang hotel itu, tertulis pada sebuah plakat yang terpasang di depan hotel.
Hotel yang dibangun oleh Lucas Martin Sarkies bersaudara pada 1 Juni 1910 ini dulunya bernama Oranje Hotel. Setelah itu, hotel tersebut berubah nama dua kali dari Yamato Hoteru dan kemudian menjadi Hotel Majapahit.
Pada 19 September 1945, hotel ini menjadi tempat perobekan bendera Belanda oleh rakyat Surabaya yang geram. Bendera Belanda itu dikibarkan oleh W.V.Ch. Ploegman tanpa persetujuan pemerintah Indonesia.
Sebuah plakat yang menceritakan sejarah singkat Hotel Majapahit terpasang di depan Hotel Majapahit Jalan Tunjungan, Surabaya. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Melihat ada bendera Belanda yang dikibarkan tanpa izin, pemuda Surabaya langsung datang dan meminta Ploegman untuk menurunkannya. Namun permintaan itu ditolak, hingga timbul kericuhan karena para pemuda berusaha merobek bendera tersebut.
"Pemuda S. Kasman bersama-sama dengan pimpinan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yaitu Roeslam dan Sumarsono berhasil menggerakkan massa rakyat untuk datang ke Jalan Tunjungan," tulis sejarah singkat di sebuah plakat depan Hotel Majapahit.
ADVERTISEMENT
"Pemuda Kusno (pegawai kantor Kabupaten Surabaya) dengan segala rintangan dan ancaman dari pihak Belanda maupun serdadu Jepang mampu naik ke atas lalu menyobeknya dan menaikkannya kembali yang hanya tinggal merah putih dalam ukuran yang tidak seimbang," lanjutnya.
Saat kerusuhan itu, Ploegman tewas. Bendera Belanda yang berwarna merah-putih-biru pun disobek hingga menjadi bendera Indonesia, merah putih.
Dalam pidatonya, capres Anies juga menyinggung dua kejadian bersejarah lain yang terjadi di hotel itu. Keduanya adalah peristiwa revolusi jihad pada 22 Oktober 1945 dan peristiwa pemberontakan pemuda Surabaya melawan kolonialisme pada 10 November 1945.
"Pilihan tempat ini adalah pilihan yang luar biasa, Gus Imin. Ini pilihan luar biasa, karena ini mengirimkan pesan bahwa di Surabaya ini, di tempat kita berada sekarang ini," ucap Anies.
ADVERTISEMENT
Warga menonton siaran jelang deklarasi Bacapres Anies Baswedan dan Bawacapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Surabaya, Sabtu (2/9). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Di sinilah anak muda memilih untuk tak hanya menonton ketika sekelompok kaum intelektual di Jakarta memilih merdeka, anak-anak muda di tempat ini menyatakan, 'Saya hibahkan nyawa saya untuk republik yang merdeka'. Sebuah keputusan yang luar biasa," lanjutnya.
Anies berharap agar keberanian itu juga bisa menular pada koalisinya. Ia juga berharap agar mereka tak cuma jadi memahami makna sejarah di balik Hotel Yamato atau Hotel Majapahit, tapi juga menjadi bagian dari sejarah.
"Kita berharap hari ini kita bukan saja mengerti sejarah mengapa di Hotel Yamato terjadi peristiwa 19 September, mengapa terjadi revolusi jihad 22 Oktober, bukan hanya mengerti tentang 10 November, tapi kita berada di tempat ini untuk membuat sejarah baru bagi Indonesia," pungkasnya.
ADVERTISEMENT