Sejarah Jemaah Tablig, dari India hingga Mendunia

1 April 2020 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pria menggunakan masker bersiap dibawa ke fasilitas karantina antisipasi virus corona di daerah Nizamuddin, New Delhi, India. Foto: REUTERS / Danish Siddiqui
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pria menggunakan masker bersiap dibawa ke fasilitas karantina antisipasi virus corona di daerah Nizamuddin, New Delhi, India. Foto: REUTERS / Danish Siddiqui
ADVERTISEMENT
Pengikut Jemaah Tablig tengah menjadi sorotan di masa pandemi virus corona. Sebab, sejumlah pengikutnya di Indonesia, Malaysia, India, dan Pakistan positif terjangkit COVID-19. Penularan tersebut lantaran adanya kegiatan perkumpulan jemaah di acara keagamaan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sejarah Jemaah Tablig yang mampu menarik pengikut dalam jumlah banyak ini?
Ustaz Derry Sulaiman, seorang tokoh Jemaah Tablig, mengatakan Jemaah Tablig mulai berkembang sejak 1920-an. Masa tersebut bertepatan dengan runtuhnya Khilafah Usmaniah. Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad Ilyas asal India.
“Jadi begini, banyak orang salah paham padahal sejak awal didirikan, [Jemaah Tablig] hingga sekarang belum ada namanya, tidak ada logo, struktur organisasi tidak ada. Ini adalah sebuah amalan,” kata Derry kepada kumparan, Rabu (1/4).
Ustaz Derry Sulaiman. Foto: Andrian Gilang Khrisnanda/kumparan
Derry menambahkan, ada enam pilar yang menjadi napas organisasi tersebut. Pilar tersebut berdasarkan dari sifat sahabat Nabi Muhammad.
Yakni, yakin dengan kalimat Tayyibah, haus akan ilmu dan berzikir, memuliakan sahabat muslim, meluruskan niat dalam beramal, dan keluar untuk berdakwa di jalan Allah atau yang dikenal dengan istilah khuruj.
ADVERTISEMENT
“Nah yang menjadi masalah, ia (Ilyas) mengusulkan ijtihad bagaimana bagaimana umat Islam menggunakan waktu 10 persen setiap harinya (2,5 jam) untuk keluar kampung untuk dakwah,” tambah Derry.
Sumber situs NU menyebutkan, konsep khuruj Jemaah Tablig dalam aplikasinya terdiri dari tiga tahap. Yakni 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan sekali dalam hidup.
Pada 1940-an, Ilyas berhasil membentuk satu rombongan khuruj di Mewat, India, untuk khuruj 3 hari 3 malam. Keberhasilan ini merupakan kejutan. Sebab, India tidak masuk dalam negara yang menjadi target dakwah Islam kala itu.
“Setelah India merdeka, Perang Dunia berakhir, [Jemaah Tablig] seperti rayap senyap menyebar ke seluruh negara. Dakwah ini memang diremehkan karena muncul di India, bukan dari Arab Saudi,” tambah Derry.
ADVERTISEMENT
Meski berpusat di India, negara lain seperti Pakistan dan Bangladesh tidak kalah pentingnya bagi Jemaah Tablig. Menurut situs NU, India-Pakistan-Bangladesh yang biasa disingkat IPB adalah pusat Jemaah Tablig dunia. Tidak heran IPB adalah tujuan khuruj selama empat bulan Jemaah Tablig dari seluruh dunia.
Derry menambahkan, perkumpulan pertama kali Jemaah Tablig di Indonesia ada di Masjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kini, kata Derry, jemaah sudah tersebar di masjid dan kampung-kampung di Indonesia.
Warga muslim di India. Foto: AFP/TAUSEEF MUSTAFA
Derry menambahkan, Jemaah Tabligh tidak boleh membicarakan perbedaan pendapat (kilafiyah), politik praktis, status sosial, dan sumbangan keuangan untuk kegiatan.
Untuk data jumlah pengikut Jemaah Tablig, Derry mengklaim sekitar 1 juta orang pernah berkumpul untuk khuruj yang 3 hari 3 malam.
ADVERTISEMENT
Setiap kali mengadakan Ijtima atau pertemuan, acara itu dihadiri oleh puluhan ribu anggota Jemaah Tablig dari seluruh dunia.
“Yang tiap 4 bulan itu di Cikampek bisa 100 ribu orang. Itu baru penanggung jawab saja,” tandas Derry.