Sejarah Kopaskhas dan Kembalinya Kopasgat TNI AU

26 Januari 2022 16:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prajurit Paskhas TNI AU mengikuti Apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (14/4). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Prajurit Paskhas TNI AU mengikuti Apel Patroli Skala Besar TNI-Polri di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (14/4). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengubah nama pasukan elite TNI Komando Pasukan Khas (Kopaskhas) menjadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat). Perubahan nama korps baret jingga ini tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI No. Kep/66/I/2022 yang diteken 21 Januari 2022.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu diketahui, perubahan nama menjadi Kopasgat ini menjadikannya kembali pada penamaan awal saat pertama kali dibentuk.
Pasukan elite TNI AU ini didirikan pada 17 Oktober 1947. Pasukan elite ini merupakan pasukan komando yang serupa dengan Kopassus yang dimiliki TNI AD. Mereka juga berkemampuan tiga matra sekaligus, yakni darat, laut, dan udara.
Setiap prajurit harus memiliki kemampuan minimal parakomando (Parako) dalam melaksanakan tugas profesionalnya, ditambah kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Pasukan ini hadir sebagai satuan elite yang tangguh. Dalam sejarah pembentukannya, pasukan ini berawal dari upaya bangsa Indonesia mempertahankan diri sekaligus mengusir Belanda setelah memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945.

Mayor Tjilik Riwut dan Kopasgat

Presiden Joko Widodo (tengah) meresmikan Terminal Baru Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (8/4). Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Awalnya, Gubernur Kalimantan Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI untuk mengirimkan pasukan saat terjadi pertempuran pada 1947. Pengiriman pasukan payung ini dilakukan untuk membantu perjuangan rakyat Kalimantan dalam mempertahankan wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Permintaan ini pun disambut baik oleh KSAU dengan menunjuk Tjilik Riwut untuk menyiapkan prajurit-prajurit AURI melaksanakan tugas penerjunan di Kalimantan.
Atas jasa Tjilik Riwut, namanya diabadikan menjadi nama bandara di Palangka Raya, Kalteng.
Pelepasan Korps Paskhas TNI Angkatan Udara ke Palu, Sulawesi Tengah di Lanud Halim Perdanakusuna, Jakarta, Ahad (30/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pada tanggal 17 Oktober 1947 dini hari, sebuah pesawat Dakota terbang dari Maguwo, Yogyakarta, menuju Kotawaringin, Kalimantan, sebagai daerah sasaran penerjunan.
Pesawat Dakota itu diawaki Kapten Pilot Bob Freeberg dengan Copilot Makmur Suhodo, dibantu jump master Amir Hamzah dan pemandu jalan Mayor Tjilik Riwoet. Juga ada 13 pejuang prajurit AURI sebagai Satgas Dakota RI-002. Mereka kemudian melaksanakan penerjunan di Kotawaringin.
Tepat pukul 07.00 WIB, pesawat Dakota yang membawa 13 pejuang prajurit AURI berada di atas sasaran melakukan penerjunan di daerah Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
Tanggal 17 Oktober 1947 kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat), menandai awal sejarah penerjunan oleh prajurit TNI. Atau bisa dikatakan, pertama kalinya operasi lintas udara dilakukan di Indonesia.
Tugas yang dibebankan kepada 13 penerjun tersebut adalah membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat Kalimantan, membuat stasiun radio untuk perhubungan Yogyakarta–Kalimantan, serta mengusahakan dan menyempurnakan daerah penerjunan untuk dijadikan daerah penerjunan selanjutnya.
Pelepasan Korps Paskhas TNI Angkatan Udara ke Palu, Sulawesi Tengah di Lanud Halim Perdanakusuna, Jakarta, Ahad (30/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Paskhas TNI AU

Peristiwa penerjunan yang dilakukan oleh 13 prajurit AURI di Kalimantan ini menandai lahirnya satuan tempur Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, yang dikukuhkan 20 tahun kemudian berdasarkan keputusan Men/Pangau Nomor 54 tahun 1967, tanggal 12 Oktober 1967.
Setelah itu, pasukan ini diikutsertakan dalam sejumlah operasi. Salah satunya Operasi Dwikora ke Malaysia.
ADVERTISEMENT
Sepulang dari operasi ini, kondisi Tanah Air sedang tak baik. Operasi penumpasan PKI tengah berlangsung. Pada 1 Oktober 1965, Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma menjadi markas pemberontakan G30S/PKI, dan AURI dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut.
Monumen Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, Jaktim. Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Gesekan antara AD dan AU ini memanas usai tewasnya enam jenderal AD yang diculik oleh pasukan yang dipimpin Letkol Untung, dan dihabisi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Pada 1 Oktober 1965 malam hari, atau satu hari setelah penculikan dan pembunuhan para jenderal, setelah mendapat perintah dari Soeharto, pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) -- pasukan elite AD -- pun menyerang Halim dan menguasai pangkalan udara milik AURI tersebut.
Ini juga berimbas pada anggota Pasukan Gerak Tjerapt (PGT) yang baru kembali dari Operasi Dwikora. Setibanya di Jakarta, mereka ditangkap anggota RPKAD yang kini disebut sebagai Kopassus. Mereka ditahan di Cijantung dengan status Tentara Merah.
Pelepasan Korps Paskhas TNI Angkatan Udara ke Palu, Sulawesi Tengah di Lanud Halim Perdanakusuna, Jakarta, Ahad (30/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Sejumlah Nama yang Pernah Disandang

Pasukan elite ini memang sempat mengalami perubahan nama. Dimulai dari Air Base Defence Troop (ABDT) pada 1950. Berkembang menjadi Resimen Tim Pertempuran Pasukan Gerak Tjepat (RTP-PGT) pada 1960.
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa saat kunjungan kerja ke Markas Wing I Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (16/12/2021). Foto: Puspen TNI
Lalu, pada 1962 pasukan ini resmi bernama Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU). Empat tahun berselang atau 1966, satuan elite TNI AU ini berganti nama lagi menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat).
ADVERTISEMENT
Lalu, pada 11 Maret 1985 satuan ini berubah nama menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (PUSPASKHASAU). Dan berubah nama lagi menjadi Kopaskhasau pada 17 Juli 1997. Kini, nama Kopasgat kembali disandang atas perintah Jenderal Andika Perkasa.