Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Sejarah Makam Keramat Kyai Kromo Ijoyo di Sleman yang Terdampak Tol Yogya-Solo
16 Oktober 2023 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Makam Kyai Kromo Ijoyo di Pedukuhan Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman terdampak tol Yogya-Solo. Makam sarat sejarah itu—yang oleh warga kerap disebut makan keramat—rencananya akan dipindah atau direlokasi.
ADVERTISEMENT
Gapura bertuliskan 'Makam Kyai Kromo Ijoyo' menyambut kumparan yang meliputnya pada Senin (16/10). Makam Kyai Kromo berada di dalam pagar tembok.
Di samping makam, proyek tol Yogya-Solo juga sudah tampak mulai berjalan.
Siapa Kyai Kromo
Kyai Kromo atau kerap disebut Mbah Kromo merupakan sosok yang dihormati di Ketingan. Dia adalah leluhur dan tokoh adat di situ.
Menurut kisah, Mbah Kromo merupakan penghuni pertama Ketingan. Dialah orang yang babat alas di Ketingan.
"Jadi Mbah Kromo Ijoyo itu sebetulnya kalau dari cerita, itu masanya masa Sultan HB VII. Katanya itu masih aliran dari kesultanan karena waktu itu kan zaman penjajah ngungsi dari keraton keluar dari Keraton Ngayogyakarta itu waktu itu cikal bakalnya di Ketingan," kata Lurah Tirtoadi, Mardiharto, saat ditemui di kantornya, Senin (16/10).
ADVERTISEMENT
Mardiharto menjelaskan dari cerita yang beredar pula, Mbah Kromo juga disebut merupakan prajurit dari Pangeran Diponegoro.
"Katanya gitu, tapi itu kan itu cuma cerita. Cerita itu pas atau tidak atau ditambah-tambah saya tidak tahu," katanya Mardiharto yang juga masih trah Mbah Kromo.
Mbah Kromo sendiri mempunyai paraban atau julukan Mbah Celeng. Kata Mardiharto ini karena Mbah Kromo bungkuk di masa tuanya. Adapula kisah julukan itu karena Mbah Kromo rajim nyelengi atau menabung.
Anak turun dari Mbah Kromo juga disebut bungkuk di masa tuanya.
Orang Berdatangan untuk Ziarah
Makam tersebut menurut Mardiharto tidaklah angker, hanya saja memang kerap ada orang yang sesirih atau laku spiritual di situ. Sehingga sebagian masyarakat menganggapnya keramat.
ADVERTISEMENT
Makam ini amat dihormati oleh warga Ketingan. Dengan terdampak tol ini, makam akan dipindah tetapi belum diketahui di mana.
"Jadi masih nanti mau dipindah di mana, itu kan gampang cuma 1 sebenarnya. Kalau banyak repot. Nanti disemayamkan di masjid sampai cari tempat tidak masalah," katanya.
Sampai saat ini pihak kalurahan masih menunggu koordinasi dari pihak tol untuk pemindahan makam ini.
Belum Tahu Kapan Relokasi
Humas PT Adhi Karya, Agung Murhandjanto, mengatakan makam-makam terdampak tol di DIY ini merupakan tanah kesultanan.
"Untuk makam-makam terdampak tol ini sudah jelas kalau makam di DIY itu kan tanahnya tanah kasultanan walaupun di desa. Nah itu memang palilah (izin pemanfaatan tanah) dari kasultanan sudah ada untuk proyek strategis nasional pembangunan tol ini," kata Agung melalui sambungan telepon.
ADVERTISEMENT
Agung mengatakan untuk makam nanti akan ada relokasi. "Itu masih menunggu pertama lahan pengganti siap. Yang kedua itu muncul biaya untuk memindahkan dan sebagainya, ini dari pihak pemilik jalan tol perlu legal opinion dari aparat penegak hukum. Ini yang masih ditunggu," katanya.